close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati manyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus merosot disebabkan ketidakpastian global yang masih akan terjadi hingga 2020.  / Antara Foto
icon caption
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati manyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus merosot disebabkan ketidakpastian global yang masih akan terjadi hingga 2020. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 13 Juni 2019 17:41

Sri Mulyani beberkan tiga kondisi global yang bikin rupiah jeblok

Menteri Keuangan Sri Mulyani manyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus merosot disebabkan ketidakpastian global.
swipe

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati manyatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus merosot disebabkan ketidakpastian global yang masih akan terjadi hingga 2020. Sri Mulyani menyebut kurs rupiah bisa terus bergerak ke Rp14.000 hingga Rp15.000 per dolar AS.

“Di mana asumsi kurs dari pemerintah itu lebih lemah dibandingkan perkiraan Bank Indonesia yang sebesar Rp13.900-Rp14.300 per dolar AS,” kata Sri Mulyani dalam rapat dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Kamis (13/6).

Sri Mulyani Indrawati mengatakan tiga sumber ketidakpastian global itu adalah, pertama berlanjutnya perang dagang yang terus dilakukan Amerika Serikat dan China.

Berlarutnya perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi dunia itu menimbulkan perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.

"Ada risiko berlanjutnya perang dagang, dan dampaknya ke pertumbuhan ekonomi dunia, di tengah pertumbuhan ekonomi global yang masih relatif lemah," ujar dia.

Fenomena kedua yang bisa menjadi sumber gejolak adalah masih tingginya impor, karena Indonesia membutuhkan investasi untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Salah satu indikator investasi yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ditargetkan Sri Mulyani pada 2020 untuk tumbuh 7%-7,4%.

Pertumbuhan investasi di rentang tersebut dibutuhkan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke rentang 5,3% hingga 5,6% pada 2020.

Sementara, sumber tekanan terhadap kurs yang ketiga adalah stagnasi harga komoditas yang akan mempengaruhi kinerja ekspor Indoneisa.

Seperti diketahui, Indonesia masih mengandalkan komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah untuk ekspor.

"Namun, selain depresiasi, di 2020, ada juga faktor yang akan mendorong apresiasi rupiah seperti tidak berlanjutnya normalisasi kebijakan moneter The Fed, Bank Sentral AS, dan masuknya arus modal asing seiring membaiknya perekonomian domestik," kata Sri.

R-APBN 2020

Selain asumsi kurs, Sri Mulyani juga mengajukan beberapa asumsi makro kepada Komisi XI DPR untuk menjadi Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2020 yakni pertumbuhan ekonomi 5,3%-5,6%, inflasi 2-4% (yoy), tingkat bunga Surat Perbendaharaan Negara (SBN) tiga bulan 5%% - 5,6%, nilai tukar Rp14.000 - Rp15.000 per dolar AS, harga minyak mentah US$60-70 per barel. (Ant)
 

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan