close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Defisit APBN senilai Rp237 triliun setara 1,6% terhadap Produk domestik bruto (PDB) pada Oktober 2018 diklaim terendah dalam 5 tahun terakhir. / Antara Foto
icon caption
Defisit APBN senilai Rp237 triliun setara 1,6% terhadap Produk domestik bruto (PDB) pada Oktober 2018 diklaim terendah dalam 5 tahun terakhir. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 15 November 2018 23:12

Sri Mulyani: Defisit APBN terendah 5 tahun Rp237 triliun

Defisit APBN senilai Rp237 triliun setara 1,6% terhadap Produk domestik bruto (PDB) pada Oktober 2018 diklaim terendah dalam 5 tahun.
swipe

Defisit APBN senilai Rp237 triliun setara 1,6% terhadap Produk domestik bruto (PDB) pada Oktober 2018 diklaim terendah dalam 5 tahun terakhir.

Klaim tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurut dia, defisit APBN pada 2018 ditargetkan sebesar 2,19% atau Rp325,9 triliun. 

"Jadi jauh lebih kecil dari yang dianggarkan. Ini menunjukkan postur APBN 2018 kuat dan cukup baik," kata dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (15/11). 

Secara rinci, defisit anggaran tahun lalu pada periode yang sama senilai Rp298,3 triliun atau 2,19% terhadap PDB. 

Kemudian, defisit pada 2016 sebesar Rp268,1 triliun atau 2,11%, tahun 2015 sebesar Rp284,1 triliun atau 2,43%, lalu tahun 2014 Rp195,3 triliun atau 1,94%, dan tahun 2013 sebesar Rp139,5 triliun atau 1,48%. 

Dengan defisit tersebut, keseimbangan primer pada Oktober sebesar Rp23,8 triliun atau mencapai 27,2% dari target dalam APBN 2018. 

Lebih rinci, pendapatan negara mencapai Rp1.483,9 triliun atau 78,32% dari target dalam APBN tahun ini.

Pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.160,66 triliun atau 71,73% dari target, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) senilai Rp315,44 triliun atau 114,53% dari target, dan hibah Rp7,77 triliun atau 648,84% dari target. 

Adapun, realisasi penerimaan pajak sebesar Rp1.016,52 triliun atau 71,39% terhadap target APBN 2018. Capaian tersebut tumbuh 17,64% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Jika tidak memperhitungkan penerimaan dari tax amnesty, penerimaan pajak tumbuh 19,30%. 

"Pertumbuhan penerimaan pajak terutama bersumber dari penerimaan PPh migas, PPh nonmigas, serta PPN dan PPnBM," kata dia. 

Di sisi lain, peningkatan kegiatan perdagangan internasional, kenaikan harga komoditas, dampak kebijakan kepabeanan dan cukai telah mendorong pertumbuhan penerimaan Kepabeanan dan Cukai. Realisasi penerimaan Kepabeanan dan Cukai tercatat Rp144,14 triliun atau 74,26% dari target APBN 2018. 

Peningkatan pertumbuhan terjadi pada semua komponen penerimaan khususnya penerimaan Bea Keluar mencapai 83,20% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Adapun, penerimaan Bea Masuk tumbuh mencapai 15,66%, sementara penerimaan dari Cukai tercatat tumbuh sebesar 10,36% secara tahunan.

Sementara itu, realisasi belanja negara sampai dengan akhir Oktober 2018 mencapai Rp1.720,85 triliun atau 77,5% dari pagu APBN. Artinya, belanja tersebut tumbuh 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Realisasi belanja tersebut terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.074,43 triliun atau 73,9% dari target APBN dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp646,42 triliun atau 84,4% dari target tahun ini.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan