Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 turun drastis menjadi Rp732,2 triliun atau 3,92% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Atas hal itu, Indonesia dapat mengurangi penerbitan utang sebesar Rp216 triliun.
“Pembiayaan utang akan turun tajam hingga 22%, hanya Rp757 triliun. Ini sebesar Rp216 triliun lebih rendah dari Perpres,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan Gubernur Bank Indonesia (BI), Jumat (1/7).
Dia mengungkapkan, jika angka tersebut tidak menurun, dikhawatirkan akan menjadi beban sangat besar yang ditanggung oleh pemerintah di masa depan. Dia pun menegaskan, posisi utang Indonesia saat ini masih aman.
“Kondisi ini menguntungkan Indonesia, karena di tengah ketatnya likuiditas global pasca negara maju seperti Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga acuan, biaya yang ditanggung dari penarikan utang akan tinggi,” ujarnya.
Dalam data Kementerian Keuangan sendiri, higga semester I tahun ini pembiayaan utang sudah mencapai Rp191,9 triliun. Sementara, target awal APBN mencapai Rp973. triliun.
Menurutnya, pemerintah ke depan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penerbitan dan pengelolaan utang, serta fleksibel dan oportunistik pada sisa akhir tahun 2022.
“Pemanfaatan saldo anggaran lebih (SAL) juga akan digunakan untuk mengurangi utang,” ujarnya.