close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Logo Saratoga Investama Sedaya. Foto istimewa
icon caption
Logo Saratoga Investama Sedaya. Foto istimewa
Bisnis
Jumat, 29 Juli 2022 13:28

SRTG perkuat investasi di sektor infrastruktur digital

Perseroan memperkuat strategi investasi di sektor infrastruktur digital seperti menara telekomunikasi, fiber optic, dan data center.
swipe

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) berhasil mengoptimalkan pertumbuhan investasi seiring dengan pemulihan ekonomi. Ini diketahui melalui pendapatan dividen yang naik 58% di semester I-2022 yaitu menjadi Rp1,4 triliun. Sedangkan periode yang sama setahun lalu, perseroan hanya memperoleh Rp866 miliar. Pendapatan dividen tersebut adalah kontribusi dari PT Adaro Energi Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX).

Net asset value SRTG juga mencapai Rp60 triliun yang disebabkan kenaikan nilai portofolio investasi. Jumlah ini tumbuh 29%  dibanding periode yang sama tahun lalu, Rp46,5 triliun.

Presiden Direktur Saratoga Michael William P Soeryadjaja menjelaskan, konsistennya pertumbuhan NAV menjadi salah satu indikasi keberhasilan perseroan dalam menjalankan strategi investasi di tengah berbagai situasi. Kinerja positif perusahaan portofolio yang sejalan dengan pemulihan ekonomi juga menunjukkan bahwa investasi Saratoga memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Kami percaya bahwa ruang pertumbuhan bisnis portofolio Saratoga masih terbuka lebar, sehingga nilai investasi perseroan akan terus meningkat. Saratoga juga akan melanjutkan investasi pada aset-aset di sektor strategis yang berdampak luas bagi kebangkitan ekonomi bangsa,” jelas Michael melalui keterangan resmi tertulisnya di Jakarta, (29/7).

Sejumlah langkah telah dilakukan Saratoga untuk mengoptimalkan peluang-peluang investasi di masa depan. Salah satunya dengan aksi divestasi 3% saham di PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG) senilai Rp2,2 triliun kepada Digital Bersama Infrastruktur Asia Pte. Ltd (BDIA). Aksi divestasi dilakukan sebagai restrukturisasi internal yang dilakukan Saratoga bersama dengan Provident Group, untuk memperkuat strategi investasi di sektor infrastruktur digital seperti menara telekomunikasi, fiber optic, dan data center. Dengan demikian, Saratoga kini memiliki 35,2% saham BDIA dan 9,3% saham TBIG melalui anak usaha yang dimiliki penuh.

“Divestasi saham TBIG ke BDIA bertujuan memperkuat strategi dan eksekusi dari setiap rencana investasi Saratoga, termasuk bekerja sama dengan mitra-mitra baru. Sebagai bagian dari restrukturisasi, kami berhasil menandatangani kerja sama dengan Macquarie Asset Management sebagai mitra strategis di BDIA,” imbuh Michael dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/7).

Selain melakukan divestasi guna berinvestasi di sektor infrastruktur digital, Saratoga juga melakukan investasi baru untuk memperluas portofolionya di sektor digitalisasi lainnya. Tercatat hingga semester I-2022 telah melakukan pendanaan terhadap AtriaDC, sebuah perusahaan penyedia layanan data center ramah lingkungan. Investasi ini dilakukan sebagai komitmen dan dukungan Saratoga terhadap percepatan digitalisasi yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih lanjut, Saratoga juga berinvestasi pada Forest carbon, sebuah perusahaan pengembang proyek karbon premium yang berdiri sejak 2012. Forest Carbon sendiri merupakan upaya melestarikan hutan dan lahan basah, melindungi keanekaragaman hayati serta memberdayakan masyarakat setempat untuk hidup sejahtera. Dari aktivitas tersebut, menghasilkan kredit karbon yang dapat digunakan perusahaan-perusahaan global ternama untuk turut berpartisipasi dalam mendukung usaha pencegahan perubahan iklim global.

“Proyek-proyek Forest Carbon sukses merestorasi lahan gambut, melindungi spesies yang terancam punah termasuk harimau Sumatera, dan mendukung masyarakat lokal dengan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja. Melindungi dan melestarikan alam Indonesia menjadi investasi penting bagi Saratoga untuk memberikan dampak sekaligus membantu dalam memitigasi perubahan iklim,” ujar direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan.

Devin menjelaskan, rasio biaya operasional tahunan terhadap NAV hanya sebesar 0,3% dan rasio pinjaman bersih terhadap NAV hanya 0,5%. Sampai akhir semester I-2022, posisi utang bersih perseroan sebesar Rp296 miliar, jumlah ini berkurang jauh dibanding akhir kuartal I-2022 sebesar Rp3 triliun. Berkat efisiensi perseroan dan kinerja positif portofolio investasi, Saratoga berhasil memperkuat posisi keuangan di semester I-2022.

“Efisiensi biaya operasional dan beban pinjaman ini juga menjadi bagian dari strategi investasi yang dilakukan Saratoga. Dengan posisi utang saat ini, secara fundamental Saratoga memiliki kemampuan yang semakin kuat dalam menjalankan investasi di masa yang akan datang,” tutup Devin.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan