Sekretaris Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas Shinta Damayanti menegaskan, Indonesia harus terus melakukan eksplorasi pengeboran sumur migas.
Alasannya, produksi dari eksplorasi tidak bisa langsung atau instan dirasakan di tahun yang sama. Bahkan manfaatnya baru dirasakan oleh wilayah sekitar pengeboran pada lima tahun kemudian. Sehingga selisih waktu tersebut yang mendorong agar Indonesia terus melakukan eksplorasi mulai saat ini.
Shinta melaporkan, pengeboran sumur eksplorasi tajak di 2022 mencapai 30 sumur atau meningkat 7% dibandingkan 2021. Peningkatan ini juga akan terus ditambah di 2023 hingga 57 sumur atau naik 90%.
“Investasi eksplorasi 2022 sudah mencapai US$0,8 miliar, capaian ini naik dari 2021 sebesar 33%. Untuk 2023, kami menargetkan naik 112% atau senilai US$1,7 miliar,” kata Shinta dalam diskusi investasi hulu migas 2023, Selasa (14/2).
Penambahan eksplorasi ini juga yang membuat isu cadangan gas alam Indonesia yang sejak lama disebutkan hanya tersisa 10 tahun lagi tak terbukti. Nyatanya gas alam Indonesia tetap tersedia hingga saat ini.
“Sangat sering kita dengar ‘cadangan gas kita ini tinggal 10 tahun lagi’ itu sudah saya dengar sejak saya masih SMA kabarnya gitu juga. Tetapi kenapa kok targetnya enggak habis-habis? Itu karena keep on exploration. Sehingga ada penambahan terus dari jumlah cadangannya, dari jumlah eksplorasi yang kita hasilkan ini. Sehingga kita mempunyai rasio RRR di atas 100%,” tutur Shinta.
RRR adalah reserves replacement ratio atau rasio penggantian cadangan migas.
Shinta berharap, pemerintah bisa segera melakukan kegiatan eksplorasi lanjutan dan mempercepat komersialisasi eksplorasi. Sehingga selisih waktu tidak terlalu lama dan hasil produksi bisa segera dirasakan manfaatnya.
Sepanjang 2022, SKK migas telah berhasil mengeksplorasi sumur dengan rasio kesuksesan 81% dan total sumber daya mencapai sekitar 579 Million Barrels of oil Equivalent (MMBOE).
Lebih lanjut, Shinta menuturkan sembilan rencana proyek onstream 2023 oleh SKK migas, yaitu Forel Bonang dan OPL Bonang Gas oleh MEDCO Natuna, upgrading area Sangasanga dan Anggana oleh Pertamina EP, GBFCP, EMP Bentu, LTRO 1B, dan SP Jatiasri.
“Dari potensi rencana proyek onstream ini, potensi menambah dan mempertahankan kapasitas fasilitas produksi migas yaitu 17.077 barrel oil per day (BOPD), 398 million standard cubic feet per day (MMSCFD) dengan capital expenditure sebesar US$489 juta,” ucap Shinta.