close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi kedelai. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi kedelai. Foto Pixabay.
Bisnis
Senin, 11 Januari 2021 19:07

Mendag Lutfi: Stok kedelai cukup untuk 3 bulan, tapi harganya lebih mahal

Kenaikan harga kedelai akan memicu terkereknya harga tahu dan tempe di pasaran.
swipe

Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi memastikan stok kedelai Indonesia tersedia dan cukup untuk tiga hingga empat bulan ke depan. Meski demikian, harganya akan lebih mahal dari biasanya.

"Kami pastikan stok untuk Indonesia dalam tiga hingga empat bulan ke depan cukup. Yang terjadi adalah kenaikan harga," katanya dalam video conference, Senin (11/1).

Dia mengatakan, kenaikan harga kedelai tersebut akan memicu terkereknya harga tahu dan tempe di pasaran. Dia menjelaskan saat ini harga wajar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk tahu dan tempe adalah sebesar Rp15.000 per kilogram (kg), setelah sebelumnya Rp13.000 per kg. 

"Saya berjanji setiap akhir bulan Kemendag akan membantu mereka (perajin) untuk memberikan estimasi harga wajar tahu dan tempe. Pada hari ini ketemu harga wajar Rp15.000, di kemudian hari ketika harga akan naik, kami akan umumkan pada pasar terkait harga yang wajar untuk tahu dan tempe," ujarnya.

Luthfi menjelaskan, kenaikan harga kedelai di pasaran disebabkan oleh tingginya permintaan dunia yang dipicu berbagai hal, mulai dari cuaca dan kondisi ekonomi dunia. Dus, memengaruhi harga di dalam negeri karena Indonesia menggantungkan 90% lebih kebutuhan kedelainya pada impor.

Saat ini, lanjutnya, untuk satu rumpun kedelai telah dihargai sebesar US$13, lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya. Badai La Nina yang terjadi di Amerika Latin telah menyebabkan sumber-sumber produksi kedelai tergenang air dan logistik terganggu.

Di lain sisi, permintaan kedelai dari China meningkat dua kali lipat dari biasanya. Hal ini disebabkan oleh menggeliatnya produksi peternakan babi di China, setelah dimusnahkan pada 2019-2020 akibat flu babi. China yang biasanya hanya mengimpor kedelai dari Amerika Serikat sebesar 15 juta ton, kini meminta impor hingga 28 juta ton.

"Jadi hari ini mereka baru mulai ternak babi lagi, dengan jumlah 470 juta ekor yang tadinya makanannya tidak diatur, hari ini makanannya diatur. Tiba-tiba ternak babi yang besar ini mengakibatkan permintaan kedelai kepada Amerika Serikat menjadi hampir dua kali lipat dalam kurun waktu yang singkat. Ini menyebabkan harga yang tinggi," ujarnya.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan