close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Airlangga Hartarto resmi menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang baru menggantikan Darmin Nasution. / Antara Foto
icon caption
Airlangga Hartarto resmi menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang baru menggantikan Darmin Nasution. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 24 Oktober 2019 07:08

Strategi Airlangga Hartarto tekan defisit neraca perdagangan

Airlangga Hartarto resmi menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang baru menggantikan Darmin Nasution.
swipe

Airlangga Hartarto resmi menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang baru menggantikan Darmin Nasution. Serah terima jabatan sudah dilakukan di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (23/10).

Meski belum menyusun secara konkret program lima tahun jabatannya sebagai Menko Perekonomian, tetapi dia memiliki beberapa program jangka pendek. Hal ini meneruskan pidato instruksi Jokowi, utamanya untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan dan defisit neraca perdagangan.

"Ada beberapa hal pesan Bapak Presiden, yang pertama harus dibuat program untuk mengurangi transaksi neraca berjalan agar tidak defisit," katanya usai serah terima jabatan di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (23/10).

Untuk menambal defisit neraca perdagangan, Ketua Umum Partai Golkar itu mengatakan akan mengurangi impor untuk sektor minyak dan gas yang selama ini menyumbang defisit paling besar terhadap neraca perdagangan. Salah satu langkahnya adalah dengan merestrukturisasi PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).

"Salah satu yang diharapkan presiden adalah menyelesaikan program substitusi impor. Salah satu quick win yang bisa dilakukan antara lain menyelesaikan restrukturisasi TPPI," ucapnya.

Mantan Menteri Perindustrian itu pun mengatakan dengan beroperasinya kembali perusahaan TPPI, akan mengurangi ketergantungan impor Indonesia dari sisi migas, karena TPPI dinilai memiliki potensi migas yang besar. 

Selanjutnya program jangka pendek yang akan dikerjakan Airlangga adalah menggalakan proses hilirisasi, utamanya untuk pengembangan biodiesel B30 dan B100.

"Kami mendorong pelaksanaan biofuel B30 tahun depan, kemudian program untuk mendorong B100, jadi dari situ tekanan terhadap migas akan ada perbaikan," terangnya.

Dia pun menuturkan, pengembangan bahan bakar berbasis minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) tersebut sudah dilirik beberapa investor. Hal ini, lanjutnya, juga akan berguna untuk peningkatan produksi pengolahan migas serta mendorong ekspor.

"Utamanya adalah meningkatkan kapasitas produksi. Dan kalau bicara meningkatkan kapasitas untuk ekspor salah satunya itu adalah menumbuhkan investasi," tuturnya.

Selain itu, dari segi infrastruktur, fokus utamanya adalah bagaimana menghubungkan infrastruktur yang telah dibangun dalam lima tahun belakangan kepada jalur-jalur ekonomi.

img
Nanda Aria Putra
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan