Simak strategi bertahan bagi UKM hadapi krisis akibat Covid-19
Pandemi Covid-19 memiliki dampak besar pada keberlangsungan bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Berdasarkan hasil survei, sebanyak 96% pelaku UKM mengaku sudah mengalami dampak negatif Covid-19 terhadap proses bisnisnya. Sebanyak 75% di antaranya mengalami dampak penurunan penjualan yang signifikan.
Tak hanya itu, 51% pelaku UKM meyakini kemungkinan besar bisnis yang dijalankan hanya akan bertahan satu bulan hingga tiga bulan ke depan. Sebanyak 67% pelaku UKM mengalami ketidakpastian dalam memperoleh akses dana darurat, dan 75% merasa tidak mengerti bagaimana membuat kebijakan di masa krisis. Sementara, hanya 13% pelaku UKM yakin, mereka memiliki rencana penanganan krisis dan menemukan solusi untuk mempertahankan bisnis mereka.
Dari sisi pemerintah sendiri, Kementerian Koperasi dan UKM telah membuka layanan hotline 1500 587 yang ditujukan sebagai tempat aduan bagi UKM yang usahanya terkena dampak pandemi Covid-19 ini mulai pertengahan Maret lalu. Pendataan ini kemudian menjadi acuan dari pemerintah untuk menyiapkan program-program antisipasi dampak Covid-19, antara lain mengajukan stimulus daya beli UKM dan koperasi, program belanja di warung tetangga untuk menggerakkan ekonomi sekitar, restrukturisasi kredit bunga, memasukkan sektor mikro dalam program kartu prakerja, bantuan langsung tunai, hingga relaksasi pajak untuk UKM. Dimana pemerintah berharap program-program ini bisa membantu koperasi dan UKM bertahan di masa pandemi ini.
Di sisi lain, pemilik usaha pun harus memutar otak untuk memastikan keuangan usahanya tetap sehat dan bisa bertahan di masa sulit ini. Beberapa waktu lalu, Denny Simano yang merupakan Founder DSC.ID berbagi ilmu terkait solusi bagi UKM untuk mempertahankan bisnis di saat sulit karena pandemi Covid-19 ini dalam Webinar Jurnal Masterclass yang mengangkat topik 'Strategi Manajemen Keuangan Bisnis di Masa Krisis'.
Dalam event webinar yang diikuti oleh para pemilik UKM dan praktisi keuangan ini, Denny menjelaskan tiga strategi yang harus dilakukan oleh para pelaku UKM dalam menanggapi situasi krisis ini antara lain:
Perbaiki kualitas produk dan layanan
Masa krisis ini menjadi momen yang tepat bagi pemilik UKM untuk memperbaiki kualitas produk ataupun layanannya serta berhenti sejenak untuk mengembangkan strategi penawaran produk barang atau jasa yang menjadi basis bisnisnya. Seringkali, para pelaku usaha tidak menyadari perbedaan antara perbaikan produk dan pengembangan penawaran.
Pada dasarnya, produk adalah barang atau jasa yang dipasarkan dalam bisnis. Sedangkan penawaran adalah cara yang dilakukan pelaku usaha untuk memasarkan produk tersebut. Maka itu, pelaku usaha perlu membedakan antara produk dan penawaran berdasarkan perspektif konsumen.
"Strategi menawarkan produk bukan dengan cara mempromosikan keunggulan produk itu sendiri, tetapi membuat konten iklan yang menarik dengan komponen attention, interest, desire, dan action," ungkap Denny dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/4).
Selain itu, UKM juga perlu memperbaiki strategi dalam berkoordinasi dan berkolaborasi dengan timnya. Pemanfaatan teknologi dan tools-tools profesional yang sudah tersedia saat ini bisa menjadi cara pelaku usaha menentukan menentukan prioritas pekerjaan, memonitor dan mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan yang sudah dilaksanakan dalam periode tertentu.
Manfaatkan teknologi dengan optimal
Pelaku usaha juga disarankan melakukan proses automasi pada bisnisnya. Pada dasarnya, terdapat tiga bahan bakar utama dalam berbisnis, yaitu waktu, energi, dan uang. Kebanyakan pelaku usaha memiliki uang, tetapi tidak memiliki waktu dan energi karena dihabiskan oleh pencatatan manual dan cara-cara tradisional. Hal itu biasanya menghambat perkembangan bisnis.
Maka itu, pelaku usaha wajib memperbaiki proses bisnisnya, misalnya dengan mengubah pencatatan manual dengan software akuntansi online, mengubah proses pembayaran gaji karyawan yang semula manual menjadi sistem payroll otomatis, atau mengubah sistem pembayaran pajak secara tradisional menggunakan software.
Dalam lini pemasaran misalnya, pelaku usaha juga bisa memanfaatkan teknologi seoptimal mungkin dengan digital marketing, dan sosial media. Dari sisi penjualan, UKM juga bisa memanfaatkan jasa online delivery yang saat ini sedang digandrungi masyarakat.
Persiapkan bisnis untuk lebih berkembang
Pelaku usaha juga perlu memanfaatkan masa ini untuk meningkatkan keahlian yang dimiliki demi perkembangan bisnis kedepannya. Misal keahlian dalam melakukan pemasaran via digital atau mengembangkan platform e-commerce sendiri. Sehingga saat bisnis berjalan dengan normal, operasional bisnis bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Menurut Denny, krisis yang terjadi saat ini tidak seperti krisis keuangan 2008 yang menyebabkan daya beli menurun drastis. Saat ini lebih disebabkan oleh health crisis dengan pola masyarakat yang hanya menahan daya beli, bukan tak memiliki kemampuan membeli. Jika kondisi kesehatan warga dunia pulih dan mereda, ekonomi berpotensi kembali berjalan normal dan daya beli bisa meningkat lagi.
"Ibarat sebuah kapal yang diterjang badai, kita tidak menerbangkan layar, atau menurunkan jangkar, tetapi membiarkan kapal mengikuti gelombang. Bukan berarti berdiam diri, melainkan mempersiapkan bisnis dan tim. Jadi ketika ada sesuatu yang urgent, kita siap ambil tindakan, kalau kondisi normal juga lagi bisa ngebut. Intinya jangan diam di masa krisis," tegas Denny.
Jadi, sebagai pelaku bisnis UKM, Anda tidak perlu cemas. Pastikan bisnis Anda tetap berjalan dan mampu bertahan pada saat kondisi pandemi saat ini. Strategi pengelolaan bisnis ini merupakan bagian dari kampanye #UKMTahanKrisis yang bertujuan untuk mendorong pelaku usaha untuk bertahan ditengah tantangan perekonomian di masa pandemi ini.
Harapannya, melalui edukasi pengelolaan keuangan dan automasi yang diberikan bisa membantu pelaku usaha untuk mengambil keputusan bisnis yang strategis dan berdasarkan dengan data, serta penuh kehati-hatian untuk mengupayakan manajemen keuangan usaha tetap sehat.