close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi air dalam kemasan galon. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi air dalam kemasan galon. Foto Freepik.
Bisnis
Minggu, 08 September 2024 19:48

Sulitnya mendapatkan air layak minum di Indonesia

Masyarakat terpaksa membeli air minum dalam kemasan galon karena air tanah tak layak minum.
swipe

Air minum dalam kemasan (AMDK) galon disebut menjadi salah satu penyebab masyarakat jatuh miskin. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan terjadi kenaikan angka masyarakat rentan miskin menjadi 67,69 juta orang pada tahun 2024 dari 54,97 juta orang di 2019. Begitu pula dengan kelompok masyarakat kelas menengah rentan yang bertambah dari 128,85 juta orang menjadi 137,50 juta.

Ekonom Bambang Brodjonegoro menyebut kebiasaan mengonsumsi air minum dalam kemasan tidak terjadi di semua negara. Di negara maju, warga kelas menengah terbiasa mengonsumsi air minum yang disediakan oleh pemerintah. Dus, tak perlu merogoh kocek untuk membeli air minum. 

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Eliza Mardian menilai, kondisi di atas tidak bisa terjadi di Indonesia karena infrastruktur air bersih tidak memadai. Sehingga masyarakat harus menambah pengeluaran untuk membeli air kemasan di tengah daya beli yang terus tergerus.

Menurutnya, pemerintah perlu membuat kebijakan pembangunan infrastrukur air minum yang memadai. Pengembangan diprioritaskan di lokasi yang kualitas air tanahnya mengalami penurunan ataupun kesulitan air bersih.

Pemerintah harus mengutamakan anggaran terhadap hal-hal yang sifatnya pembangunan infrastruktur dasar. Selain itu, perlu kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi untuk mengembangkan teknologi agar bisa menghasilkan air minum yang berkualitas dan gratis.

“Bagi masyarakat yang tinggal di daerah dengan kualitas air tanah kurang baik, tidak layak minum, air kemasan ini bukan lagi barang mewah, melainkan kebutuhan dasar untuk hidup,” ujarnya kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu.

Kualitas air turun

Dia bilang, menurunnya kualitas air tanah disebabkan oleh aktivitas ekonomi, seperti industri dan tercemar sampah. Bahkan, kurang memadainya infrastruktur air minum dari keran gratis yang disediakan pemerintah, membuat masyarakat terpaksa membeli air minum dalam kemasan galon. Pasalnya, air tanah sudah tidak layak minum.

Kondisi masyarakat semakin berat lantaran rata-rata kenaikan upah tidak sebanding dengan laju inflasi.  

“Jika dari sisi pendapatan sudah tergerus inflasi, dari sisi pengeluaran terus bertambah ini akan mengurangi porsi simpanan bahkan bisa jadi mantab atau makan tabungan. Jika hal ini terus berlanjut, kesejahteraan masyarakat kelas menengah yang tertekan ini bisa jadi turun kelas,” ucapnya.

Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Diana Sunardi, dikutip Antara mengatakan mengonsumsi air permukaan rentan memicu berbagai penyakit, mulai dari lambung hingga kanker. Penyebabnya, air permukaan mudah terkontaminasi, sehingga apabila dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit serius.

"Jadi dulu yang paling kita kenal adalah diare. Tapi semakin ke sini penelitian menunjukkan pengaruhnya banyak sekali, mulai dari stunting, lalu juga risiko terhadap penyakit termasuk kanker," ujar Diana.

Menurut Diana, air permukaan rentan terkontaminasi logam berat seperti timbal dan kadmium. Logam berat tersebut dapat meningkatkan risiko kanker.

Diana menyebut sejumlah penelitian juga menunjukkan kuman Helicobacter pylori, yang sering ditemukan pada penderita penyakit lambung kronis atau akut, lebih banyak dijumpai pada orang-orang yang mengonsumsi air tanah atau air sungai.

Air yang tidak sehat juga dapat menyebabkan stunting atau pertumbuhan anak yang terhambat.

Diana mengatakan studi yang dilakukan pihaknya menunjukkan konsumsi air berkualitas, seperti air kemasan galon, lebih baik dalam menjaga keseimbangan bakteri baik dan jahat di saluran cerna anak-anak dibandingkan dengan air dari sumur.

Anak-anak yang sering mengonsumsi air berkualitas cenderung memiliki kesehatan saluran cerna yang lebih baik, sehingga penyerapan makanannya lebih optimal.

"Kalau saluran cernanya tidak sehat, penyerapan makanannya kurang baik. Jadi dikasih makanan sebanyak apapun anak tersebut tidak tambah tinggi, itu yang terjadi," kata dia.

Air berkualitas baik

Sementara itu, Dosen Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada Heru Hendrayana mengatakan air permukaan rentan terkontaminasi oleh berbagai aktivitas manusia seperti limbah dan septic tank, sehingga tidak layak untuk konsumsi.

Dia menyebut air berkualitas baik berasal dari sumber air di lapisan bawah yang menyerap mineral dari batuan yang dilaluinya selama puluhan hingga ratusan tahun.

"Maka yang baik adalah air yang di bawah. Yang di bawah itu akan terlindungi, ada satu lapisan yang melindungi ... Air itu mengalir bisa ratusan atau puluhan tahun. Selama itulah batuan itu memberikan mineral kepada air. jadi mineral itu larut, kimia itu larut di dalam air sehingga air itu mengandung mineral," kata dia, dikutip Antara.

Lebih lanjut dia mengatakan air yang berkualitas baik berasal dari air bawah permukaan yang berada di daerah gunung berapi atau vulkanik. Batuan vulkanik muda, yang terbentuk dari aktivitas gunung api, menyediakan air yang kaya mineral dan berkualitas baik.

"Gunung api itu kan dari batuan muda, tapi muda itu juga ratusan tahun. Maka yang kita cari adalah daerah vulkanik muda yang menghasilkan batuan fresh tadi. Dia terjebak mengalir sekian lama, maka itulah air yang berkualitas baik," ucapnya.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan