Kelangkaan batu bara di akhir tahun 2021 tidak hanya terjadi di pembangkit, kelangkaan juga dialami oleh beberapa pabrik semen. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin.
Dia mengatakan menjelang akhir tahun 2021 tepatnya pada bulan Oktober, asosiasi semen melaporkan tengah mengalami kesulitan pasokan batu bara.
"Antara lain karena harga mahal atau penyebab utamanya memang karena harga mahal," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kemenperin, Selasa (25/1).
Ridwan mengatakan setelah dua kali mendapatkan masukan, pihaknya melaksanakan rapat terpadu dengan mengundang Kemenperin. Akhirnya pihaknya berkesimpulan bahwa diperlukan kebijakan untuk mengendalikan harga batu bara.
"Agar pasokan batu bara untuk semen dan kemudian ditambah untuk pupuk dapat terpenuhi," jelasnya.
Ridwan mengatakan semen dan pupuk menjadi prioritas, karena kedua komoditas ini termasuk penting di dalam kebijakan pemerintah. Sehingga tidak boleh sampai terjadi kelangkaan pasokan.
"Apalagi semen kita pahami bahwa pemerintah sedang gencar-gencarnya bangun infrastruktur, sehingga ketersediaan semen tidak boleh sampai menjadi kendala," tuturnya.
Berdasarkan berbagai pertimbangan maka dikeluarkanlah Keputusan Menteri ESDM nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021. Ditetapkan beberapa poin penting salah satunya mengenai harga US$90 per ton.
"Nah pemenuhan ini saya kira yang penting dicatat juga adalah tidak menambah kewajiban domestic market obligation (DMO) perusahaan-perusahaan, artinya tidak ada beban tambahan bagi perusahaan untuk memasok batu baranya," paparnya.