Pemerintah meminta masyarakat tak perlu panik meskipun nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp14.500 per dollar Amerika Serikat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, fluktuasi nilai tukar rupiah adalah hal yang biasa terjadi. Kurs rupiah terhadap dollar AS akan menuju titik keseimbangan baru.
Pemerintah menyerahkan kepada Bank Indonesia untuk mengatur stabilitas moneter. Tetapi, tidak boleh berbenturan dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
"Makanya jangan lihat semua ini sendiri-sendiri. BI bikin kebijakan, kita (pemerintah) bikin kebijakan. Ya biarlah," jelas Darmin di kantornya, Jum'at (20/7).
Ekonom Wisnu Wardana menjelaskan, pengelolaan defisit rekening koran menjadi kunci untuk menstabilkan rupiah. Termasuk tidak mengabaikan posisi investasi internasional bersih (net international investment position/NIP) negara saat ini.
Menurut dia, dalam laporan keuangan yang menetapkan stok aset untuk negara-negara berkembang, perekenomian tidak bisa cepat tumbuh apabila tidak memiliki NIP dan neraca perdagangan yang negatif.
"Namun saya percaya ada nilai yang dapat diperoleh ketika mengatasi masalah ini dengan memperkuat sisi aset. Membuka jalan bagi investor domestik yang telah matang dalam pangsa pasar domestik, untuk memperluas secara internasional agar dapat memberikan pondasi jangka panjang untuk stabilitas mata uang melalui pendapatan investasi," jelas Wisnu melalui keterangan tertulis.
Dia memperkirakan, BI akan menaikann lagi suku bunga kebijakan sebesar 50 basis poin. Setiap langkah yang dilakukan BI, sambungnya, akan bergantung pada data dan digunakan untuk menjaga penilaian aset secara komparatif.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Erwin Rijanto menampik keputusan bank sentral dalam menahan suku bunga acuan BI 7-days reverse repo rate pada level 5,25% menajdi penyebab depresiasi rupiah.
"Coba dilihat apakah rupiah melemah sendiri atau tidak? Kalau seluruh dunia itu melemah melawan dollar AS ya mestinya itulah penyebabnya," tuturnya.
Rupiah yang depresiatif Jumat ini, menurut dia, karena dinamika perkembangan ekonomi di Amerika Serikat. Presiden Trump, Kamis (19/1) melontarkan kritiknya kepada Bank Sentral AS karena kenaikan suku bunga bisa menghambat percepatan pemulihan ekonomi AS.
"Kalau dipicu domestik tidak ada masalah. Masalahnya adalah mister Trump yang membuat pernyataan berlawanan dengan The Fed," ujar Erwin.
Jika melihat sejak awal pekan ini, arah perkembangan ekonomi AS menghentak pelaku pasar setidaknya dua kali. Gubernur The Fed Jerome Powell pada pidatonya awal pekan ini mengindikasikan konsistensi menaikkan suku bunga acuannya empat kali tahun ini. Hingga Juni 2018, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali ke 1,75%-2%.
Berbarengan dengan itu, eskalasi perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan China semakin meningkat dipicu perang pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat ekonomi senior pemerintah China Liu He.
Erwin mengatakan siasat Bank Sentral China untuk mendongkrak ekspornya juga turut melemahkan nilai rupiah.
"China itu melakukan, misalnya devaluasi menurunkan kursnya berkaitan dengan perang dagang itu," ujar Erwin.
Akan tetapi, Erwin meminta masyarakat untuk melihat tren pelemahan mata uang ini secara lebih luas. Keperkasaan dollar AS bukan hanya memperlemah rupiah, tapi juga hampir seluruh mata uang negara berkembang. Bahkan, mata uang negara-negara lain mendera pelemahan yang lebih dalam dibanding rupiah.
"Saat ini Amerika lagi berdaya adi kuasa. kalau sekarang lihat rupiah melemah terhadap India tidak? Tidak. Malah kita menguat terhadap India," ujar dia.
Bank Sentral, kata Erwin, akan terus menjalankan dual intervensi untuk menstabilisasi nilai tukar rupiah.
Rupiah dan IHSG
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (20/7), nilai tukar rupiah di pasar spot dikutup dari Bloomberg, ditutup melemah 0,37% sebesar 53 poin ke level Rp14.495 per dollar AS. Rupiah sempat melemah ke level Rp14.545 dan menjadi titik terlemah setahun terakhir.
Rentang nilai tukar rupiah di pasar spot selama setahun terakhir berada pada level Rp13.126-Rp14.545 per dollar AS. Sedangkan, rupiah tercatat telah melemah 6,93% sejak awal tahun (year-to-date/ytd).
Bank Indonesia mematok kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada level Rp14.520 per dollar AS. Kurs transaksi dipatok pada kurs jual Rp14.593 dan beli Rp14.447 per dollar AS.
Dari lantai bursa, pelemahan nilai tukar rupiah masih memberikan tekanan yang berat. Meski begitu, Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menguat tipis pada akhir perdagangan.
IHSG ditutup menguat tipis 0,03% sebesar 1,71 poin ke level 5.872,78. Penguatan didorong oleh enam sektor dengan kenaikan tertinggi pada sektor infrastuktur, utilitas, dan transportasi 1,26%.
Penguatan tipis IHSG berbalik dengan aksi jual bersih yang dilakukan oleh investor asing. Tercatat, asing masih mencatat net sell senilai Rp14,62 miliar dan menambah aksi jual bersih sejak awal tahun menjadi Rp50,85 triliun.
Sumber: Antara