Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tanri Abeng mengusulkan kepada dewan direksi perusahaan pelat merah agar mengubah skema bisnisnya, dari berbasis pinjaman ke berbasis kolaborasi atau aliansi.
Dengan kerja sama yang lebih strategis, misalnya dengan perusahaan multinasional, akan menyelamatkan BUMN dari jeratan utang, dan mendorong pertumbuhan perseroan menjadi lebih sehat.
"Jadi perubahan (strategi) dari utang kepada strategis aliansi ini menarik sekali. Saya kira ini bisa berlangsung," katanya, Senin (19/4).
Namun, dia memberi catatan bahwa perusahaan multinasional yang diajak kerja sama, haruslah perusahaan yang sehat secara keuangan, memiliki teknologi terbaru dan manajemen yang baik, serta akses pasar yang luas. Sehingga, dengan menjalin aliansi dengan perusahaan multinasional tersebut, BUMN akan banyak mendapatkan manfaat, selain profit, tetapi juga manajemen dan alih teknologi yang mumpuni.
"Dia (perusahaan multinasional) pasti membawa teknologi, bahkan mereka bisa membawa best practices management atau manajemen yang bagus. Terakhir mereka memiliki akses pasar," ujarnya.
Adapun, berdasarkan data dari Kementerian BUMN, utang perusahaan pelat merah tercatat terus mengalami peningkatan. Pada 2017 tercatat sebesar Rp942,9 triliun, kemudian naik menjadi Rp1.251,7 triliun di 2018 dan naik menjadi Rp1.393 triliun di 2019.
Lalu, pada 2020 kembali meningkat menjadi Rp1.682 triliun yang disebabkan oleh kekurangan dana operasional yang dimiliki oleh BUMN untuk menggenjot sejumlah program, khususnya di bidang infrastruktur.