PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG) mencatatkan peningkatan laba bersih 22,83% kuartal III-2020 menjadi Rp791 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp644 miliar. Sejak periode Januari hingga September 2020, pendapatan dan EBITDA perseroan tercatat masing-masing sebesar Rp3,93 triliun dan Rp3,40 triliun.
CEO TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan, per 30 September 2020 TBIG memiliki 31.703 penyewaan dan 16.215 site telekomunikasi.
Site telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 16.093 menara telekomunikasi dan 122 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 31.581, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,96 kali.
“Kami telah melampaui panduan 2020 kami sebanyak 3.000 penyewaan, dengan penambahan organik kotor kami sebanyak 3.319 penyewaan untuk sembilan bulan pertama 2020," kata Hardi dalam keterangan resminya, Senin (26/10).
Pertumbuhan kolokasi yang kuat dan berkelanjutan telah meningkatkan rasio kolokasi TBIG menjadi 1,96 kali, dari 1,85 kali pada akhir 2019.
Dia melanjutkan, TBIG fokus untuk mengeksekusi pesanan yang telah diterima dari pelanggan telekomunikasi perseroan, saat mereka memadatkan jaringan mereka di seluruh negeri.
Adapun per 30 September 2020, total pinjaman (debt) perseroan dalam mata uang Dollar AS yang telah menggunakan kurs lindung nilainya, tercatat sebesar Rp22,4 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10,2 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp574 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp21,8 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp9,62 triliun. Jika dihitung menggunakan EBITDA kuartal III-2020 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,04x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,63x.
“Meskipun kami juga membagikan dividen Rp606 miliar pada Juni, pertumbuhan kolokasi kami yang kuat telah menurunkan ratio leverage kami secara signifikan dari 5,04x pada akhir 2019, menjadi 4,63x saat ini,” tutur CFO TBIG Helmy Yusman Santoso.
Helmy melanjutkan, kreditur TBIG tetap berkomitmen untuk mendukung perseroan untuk tumbuh secara organik dan anorganik. Pada September, lanjutnya, TBIG memiliki program baru Obligasi Rupiah Berkelanjutan IV dengan jumlah total hingga Rp7 triliun, berlaku selama dua tahun.
"Kami memiliki arus kas operasional yang kuat dan komitmen fasilitas revolving credit yang signifikan,” ujarnya.