Meski terancam gagal bayar utang, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) justru mampu membalik kinerja menjadi laba.
Pada paruh pertama tahun ini, Jababeka yang tengah dirundung masalah pergantian direksi mencatat laba bersih sebesar Rp49,3 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, Jababeka mengalami rugi bersih sebesar Rp249,8 miliar.
Emiten kawasan industri ini membukukan total penjualan dan pendapatan konsolidasi sebesar Rp885,6 miliar pada semester I-2019, menurun 5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp928,1 miliar.
Pendapatan dari pilar bisnis Land Development & Property Rp227,3 miliar pada paruh pertama 2019 flat dari tahun 2018. Lini bisnis ini diwarnai oleh peningkatan kontribusi penjualan kavling, apartemen dan sewa, namun di-offset oleh penurunan pada penjualan Standard Factory Buildings, perumahan dan ruko.
Dari keterangan tertulis yang diunggah perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Corporate Secretary KIJA Muljadi Suganda mengatakan sama halnya dengan tahun sebelumnya, penjualan kuartal II-2019 terpengaruh oleh bulan puasa dan perayaan Idulfitri.
"Selain itu pada 2019 penjualan juga dipengaruhi oleh pemilu," ujar Muljadi, Rabu (31/7).
Muljadi melanjutkan, pendapatan infrastruktur menurun 5% menjadi Rp617,4 miliar. Penurunan ini disebabkan pendapatan dari penjualan energi listrik merosot 10% akibat periode Reserve Shutdown yang lebih panjang selama semester I-2019 dibandingkan 2018.
"Sedangkan pendapatan dari jasa infrastruktur dan Dry Port meningkat 6% (year-on-year/yoy) secara gabungan dibandingkan tahun lalu," tutur Muljadi.
Kemudian, pendapatan pada pos Leisure & Hospitality membukukan penurunan pendapatan sebesar 24% menjadi Rp40,9 miliar pada semester pertama tahun 2019.
Penurunan ini disebabkan oleh kontribusi pendapatan dari Tanjung Lesung yang mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan setelah bencana tsunami yang melanda pesisir barat Banten pada akhir tahun 2018.
Perseroan mencatat penjualan real estat secara marketing (marketing sales) sebesar Rp758,9 miliar pada semester pertama 2019. Jumlah ini setara dengan 47% dari total target tahun 2019 sebesar Rp1,6 triliun dan meningkat 27% jika dibandingkan dengan semester pertama tahun 2018.
Lalu, pendapatan berulang (recurring revenue) dari pilar infrastruktur memberikan kontribusi 70% dari total pendapatan pada semester pertama 2019, sama dengan tahun 2018.
Laba kotor KIJA pada semester pertama 2019 ini juga mengalami penurunan sebesar 8% menjadi Rp367,7 miliar, sejalan dengan penurunan pendapatan. Pada saat yang sama, marjin laba kotor konsolidasi Perseroan untuk paruh pertama 2019 tercatat sebesar 42%, turun 1% jika dibandingkan dengan paruh pertama 2018 sebesar 43%.
Muljadi menjelaskan alasan utama keuntungan ini karena dampak pergerakan selisih kurs, ketika pada semester I-2019 dibukukan laba selisih kurs sebesar Rp90 miliar, dibandingkan rugi selisih kurs sebesar Rp235,4 miliar yang tercatat pada semester I-2018.
Perolehan EBITDA semester pertama 2019 perseroan pun menurun 5,9% menjadi Rp264,4 miliar, dari Rp280 miliar yoy seiring dengan menurunnya laba kotor secara absolut.
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham KIJA menguat 0,65% sebesar 2 poin ke level Rp308 per lembar saham. KIJA memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp6,414 triliun dengan imbal hasil sebesar 40% dalam satu tahun terakhir.