Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan pendapatan per kapita Indonesia bisa mencapai US$31.000 pada tahun 2045 dengan penerapan revolusi industri 4.0.
Dalam periode tersebut Indonesia juga ditargetkan mampu menempati peringkat keempat sebagai negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia.
“Pertanyaannya, adakah yang sudah memperoleh income perkapita sebesar USD31.000 hari ini di Indonesia? Jawabnya, ada, di kawasan industri Jababeka atau Cikarang dan sekitarnya dengan jumlah satu juta orang. Di sana itu adalah Detroit-nya Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi kepada Alinea.id, Rabu (6/3).
Untuk itu, kata Airlangga, pihaknya ingin mereplikasi capaian positif tersebut ke wilayah lain, terutama di luar Jawa. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo melakukan pembangunan dan pemerataan ekonomi yang inklusif.
Airlangga mengatakan implementasi industri 4.0 membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan lompatan jauh dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Peluang ini muncul karena Indonesia memiliki modal besar, yakni ketersediaan sumber daya manusia (SDM) terutama bonus demografi hingga tahun 2030.
Menurut Airlangga, bonus demografi ini menjadi momentum bagi Indonesia, karena negara lain seperti Jepang, Singapura dan Korea sudah melewati kesempatan itu. "Bahkan, Jerman yang sudah punya 4.0, tetapi dia kurang kekurangan SDM,” kata dia.
Airlangga mengatakan jika Indonesia menerapkan industri 4.0 dengan didukung SDM yang kompeten dan mampu beradaptasi dengan teknologi baru, maka pertumbuhan ekonomi bisa meningkat.
Penggunaan teknologi itu tercermin dari penjualan ponsel pintar di pasar domestik yang mencapai 60 juta unit per tahun. “Kalau kita bandingkan dengan Australia, penduduk kita lebih dari 10 kali lipat. Artinya, ekonomi kita berpotensi naik 10 kali lipat. Meskipun, saat ini income per kapita kita US$3.800, mereka sudah US$51.000,” ungkapnya.