Tercorla-corla: Mengais cuan dan hiburan dari live streaming
Tercorla-corla. Demikian netizen Indonesia menyebutkan fenomena Bunda Corla yang sangat eksentrik. Popularitas perempuan dengan nama asli Chintya Corla Pricillia yang viral di media sosial ini bukan tanpa sebab.
Tayangan live streaming wanita kelahiran 4 Juli 1974 atau 48 tahun ini begitu dinanti-nanti. Pembawaan wanita berdarah Minang ini memang cukup unik, ceplas-ceplos hingga dinilai dapat meredakan stress dan mengundang gelak tawa dari warga Instagram dan Tiktok.
Nama Bunda Corla memang kian melejit sejak wanita yang tinggal di Jerman ini seringkali melakukan live streaming di akun Instagram @corla_1 dan @corla_2, serta akun Tiktoknya @bundacorlaofficials. Follower wanita yang dijuluki sebagai Ratu Jreng ini juga terus bertambah hingga mencapai 175.000 dan 5,4 juta di Instagram. Pun begitu dengan akun Tiktok yang baru dibuat bulan lalu itu, kini telah diikuti oleh 2,3 juta pengikut.
Sebenarnya, tidak ada konten spesial yang dibuat Bunda Corla. Live streaming hanya merekam kesehariannya di rumah atau tempat kerja. Ia juga seringkali menanggapi komentar-komentar dari para penonton dengan Bahasa Indonesia berlogat Sumatera. ‘Yaolo..yaolo…emang bandit ya anak bunda,” begitu celetuknya di momen-momen live.
Tak jarang, ia berjoget ria sambil mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu dangdut lawas. Nyatanya, siaran langsung ala Bunda Corla yang hanya bermodal kegiatan sehari-hari dari bangun tidur, mandi, bersiap-siap kerja, mendengar atau menyetel lagu, berjoget asik, bekerja, sampai dimarahi bos saat kedapatan live di tempat kerja berhasil membuat nama Bunda Corla semakin melejit.
Bahkan, suatu ketika live Tiktoknya ditonton oleh lebih dari 200.000 penonton. Beberapa kali, ia juga mendapat ‘saweran’ berupa gift Kumis, Topi, hingga Singa dari salah seorang penontonnya. Ia pun merespon gift tersebut dengan rasa terima kasih. Namun dirinya mengingatkan kepada para pengikut maupun penonton siaran langsungnya untuk tidak memberikan hadiah berupa stiker Singa atau gift-gift dengan harga fantastis lainnya.
“Udah enggak usah kasih-kasih Singa lagi, ya. Bunda enggak butuh gift-gift dari kalian, yang penting kalian terhibur saja. Bunda enggak mau jadi otak bisnis, capek kalau kita cuma mikirin duit mulu,” celotehnya melalui siaran langsung Tiktoknya, dikutip Alinea.id, Senin (7/11).
Saweran ala TikTok
Pengguna Tiktok mungkin sudah tidak asing lagi dengan berbagai macam gift dan reaksi yang sering kali dibagikan penonton kepada streamer alias orang yang melakukan live streaming. Gift dan reaksi ini dibeli menggunakan koin Tiktok dan nantinya bisa dicairkan menjadi uang oleh si content creator.
Sementara itu, menurut penjelasan Manajemen Tiktok kepada Alinea.id, 1 koin Tiktok setara dengan sekitar Rp250. Sedangkan harga gift termahal masih dipegang oleh Tiktok Universe, yang dibanderol dengan harga 34.999 koin atau setara Rp8.049.000. Selanjutnya ada gift Singa dengan harga Rp7.499.750 atau 29.999 koin.
Untuk harga gift paling murah antara lain Tenis, Love Letter, Sepakbola, GG, Speaker Mini, Kopi, Kerucut Es Krim, Barbel, Mawar, Tiktok, serta Nasi Uduk yang hanya seharga 1 koin atau Rp250. Selain gift, ada pula reaksi yang memiliki harga lebih terjangkau seperti Tertawa (19 koin), Luar Biasa (19 koin), Pesta (29 koin), Lucu (29 koin), dan Bunga (49 koin).
Selain hadiah, penonton juga dapat memberikan Reaksi kepada streamer yang dapat dibeli dengan jumlah koin tertentu
Reaksi |
Koin |
Tertawa |
19 |
Luar Biasa |
19 |
Pesta |
29 |
Lucu |
29 |
Bunga |
49 |
Cinta |
49 |
Dari berbagai sumber.
Gift dan Reaksi yang dapat dikonversikan menjadi uang ini jelas menarik perhatian banyak masyarakat, baik yang memang sudah lama berprofesi sebagai content creator ataupun orang baru yang baru terjun ke dunia Tiktok untuk mendapatkan cuan secara instan. Hanya dengan bermodal konten menarik, Tiktokers sudah bisa menerima bayaran dari gift atau reaksi dari penonton yang tertarik dengan tayangan buatannya tersebut.
“Karena banyak gift yang bisa ditukarkan dengan uang. Jadi bisa dapat penghasilan dari Live Tiktok,” kata selebriti Tiktok Nurlela Yusuf kepada Alinea.id, Senin (31/10).
Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Tante Lala ini mengaku, kala viral pada bulan Februari sampai Maret lalu, dirinya bisa mendapatkan penghasilan dari gift melalui Live Tiktok hingga Rp15 juta dalam dua hari. Tak heran, jika termasuk dengan tarif endorsement dan hasil berjualan di Tiktok, dirinya pernah meraup cuan hingga Rp500 juta sebulan.
Sadar popularitas akan ada masanya, Lala tak mengeluh jika kini pamornya sudah tidak secemerlang sebelumnya. Apalagi, bagi content creator seperti dirinya ide-ide segar dalam pembuatan konten sangat dibutuhkan untuk menarik penonton.
“Semua ada masanya, sekarang meskipun sudah tidak seperti dulu, tapi tetap ada penonton yang seitan nonton Tante, kasih gift,” selorohnya.
Selain Bunda Corla dan Tante Lala yang sedang dan pernah viral di Tiktok, ada pula Alif ‘Cepmek’ yang terkenal dengan slogan ‘kamu nanyeaa’ dan ‘rawr’. Tidak hanya itu, pemuda 18 tahun ini juga kerap mendandani dirinya dengan tampilan khas tokoh Dilan dalam film Dilan 1990.
Dengan kreatifitasnya itu, Alif kini tidak hanya mendapatkan perhatian dari popularitasnya saja. Ia juga berhasil meraup penghasilan dari banyak gift serta reaksi yang diberikan penonton saat tayangan langsungnya berjalan.
“Penghasilan bisa Rp300.000-Rp2,5 juta kalau lagi ramai yang nonton. Terus sekarang juga sudah mulai banyak yang menghubungi untuk endorsement,” bebernya, kepada Alinea.id, belum lama ini.
Peluang cuan
Seiring berkembangnya zaman, cuan tidak hanya bisa didapatkan dengan menjadi pekerja kantoran atau pekerja kasar seperti buruh cuci, kuli bangunan atau yang lainnya. Kini, banyak content creator alias kreator konten yang mengandalkan live streaming sebagai ladang penghasilan. Platform live streaming yang digunakan pun beragam, mulai dari Tiktok, Instagram, Youtube, Twitch, Boom Live, SnackVideo, YayaLive, Bigo Live dan sebagainya.
Namun dibandingkan Instagram dan Youtube, Tiktok lebih banyak digunakan oleh content creator asal Indonesia untuk melakukan live streaming. Konten yang dihadirkan pun beragam, mulai dari hanya sekadar mengobrol bersama penonton, menyanyi, menari, atau perpaduan keduanya, mengaji, mukbang atau makan besar, hingga menyetel musik keras seperti yang dilakukan artis Caisar YKS. Tidak hanya kreator konten, kini TikTok juga sering digunakan untuk live streaming para gamers, selain melalui Twitch.
Penonton yang menyukai konten live streaming kreator tertentu dan memberikan challenge atau tantangan, biasanya akan memberikan imbalan berupa ‘saweran’ gift atau reaksi. “Namun sebelum memberikan gift kepada kreator, penonton perlu melakukan top up atau membeli koin lebih dulu,” jelas manajemen Tiktok kepada Alinea.id, Jumat (4/11).
Di TikTok, ada beberapa pilihan paket pembelian, di antaranya Rp3.200 untuk 13 koin, Rp83.000 untuk 350 koin, Rp330.000 untuk 1.400 koin, Rp1.649.000 untuk 7.000 koin, dan Rp4.121.000 untuk 17.500 koin.
Karena mendatangkan uang, sejumlah content creator lantas menjadikan live streaming sebagai lahan mencari penghasilan. Tak jarang, content creator dadakan tersebut melakukan tantangan aneh seperti melompat ke sungai atau mandi lumpur seperti yang baru-baru ini ramai di Tiktok. Beberapa lainnya bahkan terang-terangan meminta saweran dengan alasan tidak punya pekerjaan lain atau sedang kelaparan.
“Kalau yang seperti ini jelas tidak bagus, kerana dia hanya mengandalkan live streaming dan seakan-akan mengemis stiker atau gift dari penonton Live,” kata Pengamat Media Sosial Hariqo Wibawa Satria, saat dihubungi Alinea.id, Kamis (10/11).
Sebaliknya, jika live streaming dimaksudkan utamanya untuk menghibur orang lain dan sarana mengekspresikan diri, fenomena sawer gift dan reaksi ini dinilainya wajar. Karena dalam kondisi ini, tidak ada paksaan kepada penonton untuk memberikan hadiah kepada si kreator konten.
“Yang mau kasih ya kasih, yang tidak juga tidak apa-apa. Jadi ini sebenarnya hal yang wajar, kalau kita merasa terinspirasi atau terhibur dengan konten buatan kreator tertentu terus kita kasih dia saweran,” jelas dia.
Namun, akan berbeda jika saweran atau donasi yang diberikan oleh penonton berbentuk uang tunai atau cash. Sebab, transaksi jenis ini bisa jadi tidak aman, baik untuk si pemberi maupun content creator.
Di sisi lain, Hariqo menilai, sebaiknya apresiasi diberikan oleh platform penyedia layanan live streaming ketimbang penonton. Pasalnya, saat content creator dapat mengumpulkan banyak penonton dan membuat mereka betah berlama-lama di sana, maka platform lah yang akan lebih diuntungkan.
“Kalau memang live-nya bagus, seharusnya platform juga memberi apresiasi. Apresiasi di sini tidak hanya berbentuk materi saja tapi bisa juga dengan edukasi,” imbuhnya.
Harus disaring
Apresiasi, terutama dalam bentuk edukasi dimaksudkan juga agar kreator dapat membuat konten-konten yang lebih positif dan bermanfaat, serta dapat meminimalisir konten negatif. Hal ini pun diamini pula oleh Pegiat sekaligus Pengamat Media Sosial Enda Nasution.
Enda bilang, untuk menangkal konten-konten negatif, platform juga bisa menerapkan kebijakan tertentu, seperti pembatasan usia penonton yang dapat menikmati tayangan langsung. “Misalnya untuk anak di bawah 17 tahun tidak boleh menonton live streaming dari konten yang berbahaya. Atau siapapun yang mau menonton untuk bisa mengajukan terlebih dulu,” kata dia, kepada Alinea.id, Jumat (11/11).
Kebijakan ini penting pula untuk menyaring konten-konten apa yang disajikan oleh para kreator. Sebab, kini banyak konten-konten nyeleneh yang dihadirkan oleh para kreator, seperti melompat ke sungai, mandi lumpur, atau hal lainnya yang berpotensi merenggut nyawa kreator konten lainnya atau penonton yang mengikuti tantangan tersebut.
Namun, terlepas dari itu Enda menilai fenomena saweran live streaming ini akan langgeng di media sosial. Sebab, dengan live streaming content creator akan lebih mudah dalam memonetisasi gift-gift atau reaksi yang telah diberikan kepadanya.
“Karena ini juga termasuk ke dalam ekonomi kreator, dan ekonomi kreator ini akan semakin besar dan konten kreator akan semakin banyak juga,” imbuh dia.
Sementara itu, dalam keterangan resminya yang diterima Alinea.id, Senin (17/10) lalu, Tiktok baru saja memperkenalkan beberapa aturan lain dalam live streaming. Salah satunya, kreator konten dapat mengajukan permintaan terkait usia penonton yang dapat menikmati konten buatannya.
Selain demi kenyamanan pengguna dewasa dalam bercerita soal pengalaman hidup, Tiktok juga bermaksud melindungi pengguna muda dalam bermedia sosial. “Kami percaya pembaruan terdepan di industri ini dapat lebih melindungi anggota muda dari komunitas kami saat mereka memulai dan membangun kehadiran online mereka,” tulis manajemen platform milik ByteDance itu.