Pasar modal menjadi primadona di masa pandemi ini. Hal itu terlihat dari tren jumlah investor saham yang terus mencatat kenaikan.
Sepanjang tahun 2021, jumlah investor saham baru mencapai 1 juta, sehingga per 31 Agustus 2021 telah tercapai 2.697.832 jumlah single investor identification (SID) saham. Pencapaian tersebut mengukir rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan pencapaian rekor tersebut merupakan hasil sinergi serta kolaborasi yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan di pasar modal Indonesia.
Jumlah pertumbuhan investor saham baru meningkat pesat hanya dalam kurun waktu delapan bulan di tahun ini, yaitu meningkat hampir dua kali lipat dari pencapaian sebelumnya pada tahun 2020 yang berjumlah 590.658 SID baru.
“Optimalisasi digital yang dimulai sejak tahun 2019 serta kolaborasi bersama seluruh pemangku kepentingan pasar modal, telah menjadi kekuatan pengembangan investor pada tahun 2021 dan menjadi alasan utama bagi pesatnya peningkatan jumlah investor baru pada tahun ini,” katanya dalam keterangannya, Kamis (2/9).
Pencapaian ini diraih beriringan pula dengan terciptanya rekor baru untuk pertumbuhan SID pasar modal. Jumlah investor baru pasar modal sampai dengan 31 Agustus 2021 mencapai 2.219.712, meningkat hampir dua kali lipat dari pencapaian tahun lalu, sehingga total investor pasar modal saat ini adalah 6.100.525 investor.
Menurut Inarno, fokus self regulatory organization (SRO), yang terdiri dari BEI, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengakselerasi transformasi digital pada tahun 2019 dan 2020, telah berdampak positif bagi terciptanya tonggak baru pencapaian pasar modal Indonesia tersebut.
Pencapaian tersebut sejalan dengan arahan yang disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen pada akhir tahun lalu. Pada kesempatan itu, Hoesen mengatakan BEI, bersama seluruh pemangku kepentingan di pasar modal Indonesia, perlu untuk melanjutkan pengembangan pasar modal yang berkelanjutan melalui inovasi yang visioner dengan memanfaatkan kemajuan teknologi seiring dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Lanjut Hoesen, pengembangan tersebut antara lain dapat diimplementasikan pada berbagai fitur dan layanan ‘mesin perdagangan’ BEI, media interface investor yaitu aplikasi online trading milik Anggota Bursa, serta edukasi secara masif melalui media sosial, social media influencer, komunitas, dan kelas-kelas Sekolah Pasar Modal (SPM) yang dilaksanakan secara daring.
“Terbukti bahwa stabilitas dan kekuatan pasar modal Indonesia hanya bisa terwujud jika investor domestik, terutama ritel, bangkit menjadi tuan rumah di negeri sendiri yang terefleksi dari berbagai data pencapaian di pasar modal Indonesia,” ujar Hoesen.