Federal Reserve AS atau bank sentral AS akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. The Fed mengisyaratkan dua kali lagi menaikkan suku bunga pada 2018. Alasannya, prospek ekonomi dalam beberapa bulan terakhir cenderung menguat.
Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar kerja dan inflasi, the Fed memutuskan menaikan kisaran target suku bunga federal funds menjadi 1,5% hingga 1,75%.
Pejabat-pejabat Fed secara luas memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh pada laju yang lebih cepat tahun ini dan tahun depan. Didorong oleh stimulus fiskal dan peningkatan permintaan luar negeri.
"Perekonomian AS akan tumbuh 2,7% pada 2018 dan 2,4% pada 2019, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya, masing-masing 2,5% dan 2,1%," demikian perkiraan the Fed yang dirilis pada Rabu (21/3).
Pejabat-pejabat Fed juga memperkirakan inflasi inti akan naik menjadi 2,1% tahun depan, sedikit di atas target Fed dan naik dari proyeksi sebelumnya 2,0%.
Tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 3,8% pada 2018 dan 3,6% pada 2019, keduanya di bawah proyeksi sebelumnya 3,9%.
Para pembuat kebijakan the Fed masih membayangkan tiga kenaikan suku bunga pada 2018 meskipun prospek ekonomi membaik.
Namun para pejabat Fed memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada 2019 dan dua pada 2020, lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Ketua Fed, Jerome Powell, menolak mengakui kalau bank sentral akan menerapkan langkah pengetatan yang lebih cepat. " Mereka akan berubah tergantung pada prospek perubahan ekonomi," kata Powell seperti dilansir Antara pada konferensi pers setelah pertemuan.
Pengumuman Rabu (21/3) menandai kenaikkan suku bunga keenam the Fed sejak akhir 2015, dan langkah pertama di bawah Powell, yang mengambil kemudi bank sentral pada Februari lalu.
Di sisi lain, kurs dollar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi), investor mencerna keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya pada tahun ini.
Indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,69% menjadi 89,745 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, Euro naik menjadi US$1,2329 dari US$1,2255 pada sesi sebelumnya. Pound Inggris naik menjadi US$1,4136 dari US$1,4004 di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi US$0,7760 dari US$0,7684.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan Bank Indonesia tidak akan reaktif untuk kembali menyesuaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate yang saat ini berada pada 4,25%.
"Kami lihat saja hitung-hitungan fundamentalnya berapa, jadi tidak perlu bereaksi untuk menaikkan lagi," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Darmin menilai Bank Indonesia dan pelaku pasar sudah memprediksi kenaikan suku bunga acuan dari The Fed yang dilakukan pascapertemuan FOMC pada Maret 2018.
Untuk itu, tidak ada kekhawatiran yang berlebihan atas rencana dari kenaikan suku bunga acuan The Fed dan tidak ada alasan dari Bank Indonesia untuk ikut-ikutan melakukan hal yang sama.