close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve 25 basis poin membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok. / Antara Foto
icon caption
Pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve 25 basis poin membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 01 Agustus 2019 19:30

The Fed pangkas bunga, rupiah dan IHSG rontok

Pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve 25 basis poin membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok.
swipe

Pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve 25 basis poin membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok.

Pada perdagangan Kamis (1/8), kurs rupiah yang ditransaksikan antar bank ditutup melorot menyusul bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya.

Rupiah melemah 94 poin atau 0,67% menjadi Rp14.116 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.022 per dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, kendati menurunkan suku bunga 25 basis poin menjadi 2%-2,5% namun The Fed memberi sinyal tidak akan agresif.

"Bisa jadi ini adalah penurunan yang terakhir sebelum ada kebijakan serupa yang tidak terjadi dalam waktu dekat," ujar Ibrahim.

Dari eksternal lainnya, sentimen negatif bagi nilai tukar yaitu meningkatnya risiko keluarnya Ingggris tanpa kesepakatan atau no deal Brexit.

Sedangkan sentimen dari domestik, yaitu inflasi Juli 2019 yang tercatat 0,31%, lebih tinggi dari ekspektasi 0,25%. Sehingga, inflasi tahun kalender (Januari-Juli) sebesar 2,36%.

Meski lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Juni 2019, laju inflasi Juli 2019 masih dalam batas terkendali. Oleh karena itu, Badan Pusat Statistik (BPS) yakin inflasi akan tetap terkendali dalam sasaran tahun ini 2,5%-4,5%.

"Oleh karena itu, ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga acuan masih terbuka. Gubernur Perry Warjiyo beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate bulan ini kemungkinan bukan yang pertama," kata Ibrahim.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah Rp14.068 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.068 per dolar AS hingga Rp14.125 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.098 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.026 per dolar AS.

IHSG ditutup di zona merah. IHSG terkoreksi 0,14% sebesar 8,96 poin ke level 6.381,54 dari penutupan hari sebelumnya 6.390,5. / Bursa Efek Indonesia

IHSG terkoreksi

Dari pasar modal, IHSG ditutup di zona merah. IHSG terkoreksi 0,14% sebesar 8,96 poin ke level 6.381,54 dari penutupan hari sebelumnya 6.390,5.

IHSG sempat menyentuh level tertinggi dengan penguatan 0,22% pada perdagangan pagi di level 6.404,58. Namun, IHSG kembali sideways dan ditutup di zona merah pada akhir perdagangan.

Sepanjang hari, sebanyak 15,48 miliar lembar saham diperdagangkan dengan nilai Rp9,8 triliun. Kapitalisasi pasar juga terkoreksi menjadi Rp7.319 triliun.

Meski terkoreksi, IHSG masih positif jika dihitung sejak awal tahun. Secara akumulatif, IHSG masih positif 3,02% year-to-date (ytd).

Mayoritas Indeks sektoral ditutup terkoreksi dengan tekanan terbesar dari sektor porperti, real estate, dan konstruksi bangunan dengan penurunan 1,29%. Namun, koreksi ditahan oleh penguatan empat sektor dengan kenaikan tertinggi pada barang-barang konsumsi yang naik 1,36%.

Meski IHSG berakhir di zona merah, investor asing justru masih masuk ke lantai bursa. Investor asing mencatatkan aksi beli bersih senilai Rp43,5 miliar dan membuat capaian net buy sejak awal tahun menebal menjadi Rp68,58 triliun.

Pertumbuhan ekonomi

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis penurunan suku bunga The Fed dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi nasional pada semester II-2019.

"Dengan adanya Federal Reserve menurunkan suku bunga, maka confidence dari konsumen dan investor akan meningkat," kata Sri Mulyani saat diwawancarai di kantornya, Jakarta, Kamis (1/8).

"Maka kita berharap di dalam semester II mulai dari kuartal III nanti momentum itu mulai terlihat," ucapnya.

Sebelumnya dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed mengumumkan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 bps (basis poin) ke kisaran 2%-2,5% sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.

Kebijakan itu merupakan penurunan suku bunga pertama yang dilakukan The Fed sejak krisis global pada Desember 2008.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan tersebut akan meningkatkan performa perusahan-perusahan dalam negeri yang tahun lalu sempat mengalami tekanan akibat kenaikan suku bunga, kenaikan nilai tukar mata uang, dan pelemahan ekspor.

Selain itu, inflasi yang terjaga dengan baik bersamaan dengan momentun pemangkasan suku bunga The Fed akan mengurangi tekanan di negara-negara berkembang dan membuat harga-harga stabil di masyarakat.

"Dalam faktor domestik, kita melihat ada suatu momentum positif dan sekarang lingkungan global juga memberikan positive support terhadap itu," ungkap mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), periode kuartal I 2019 laju perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,07% secara tahunan (year-on-year/yoy). Adapun pemerintah menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,3%. (Ant)

img
Sukirno
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan