Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, Rabu (26/9), resmi menaikkan suku bunga jangka pendeknya sebesar 25 basis poin.
Pengerekan kali ini merupakan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) ketiga tahun ini dan langkah kedelapan sejak akhir 2015.
"Mengingat realisasi dan ekspektasi kondisi-kondisi pasar kerja dan inflasi, Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan untuk menaikkan kisaran target untuk suku bunga federal fund (FFR) menjadi 2,00% hingga 2,25%," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan dua hari.
The Fed mengatakan pasar tenaga kerja AS terus menguat dan kegiatan ekonomi telah meningkat pada tingkat yang kuat, dengan belanja rumah tangga dan investasi bisnis tumbuh tinggi.
Bank sentral juga mengatakan baik inflasi maupun apa yang disebut inflasi inti untuk barang-barang selain makanan dan energi mendekati target bank sentral sebesar 2,00%.
Bank sentral memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh 3,1% tahun ini, lebih tinggi dari 2,8% yang diperkirakan pada Juni, menurut proyeksi ekonomi terbaru The Fed yang dirilis pada Rabu (26/9).
Pertumbuhan ekonomi yang solid dan tingkat pengangguran yang menurun cenderung menjaga The Fed pada jalur stabil menuju pengetatan kebijakan moneter untuk mencegah ekonomi AS dari overheating (terlalu panas), kata para analis.
Pejabat-pejabat The Fed memperkirakan satu kenaikan suku bunga lagi tahun ini, menurut perkiraan median untuk suku bunga FFR. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan kebijakan Desember.
Bank sentral pada Rabu (26/9) juga mengurangi penggunaan kalimat, "sikap kebijakan moneter tetap akomodatif" dari pernyataannya. Tetapi Ketua The Fed Jerome Powell mengecilkan arti penting dari perubahan ini.
"Ini tidak menandakan perubahan dalam kebijakan. Sebaliknya, itu adalah tanda bahwa kebijakan berjalan sesuai dengan harapan kami," kata Powell pada konferensi pers, Rabu (26/9).
"Kami masih berharap, sesuai pernyataan yang kami katakan, peningkatan lebih lanjut secara bertahap dalam kisaran target untuk suku bunga fed fund," katanya.
BI diproyeksi turut serta
Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan (BI 7-days reverse repo rate/BI 7-DRRR) mencapai 5,75% hari ini. Hal itu sejalan dengan prediksi pasar setelah The Fed mengerek suku bunga acuan.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menjabarkan, kenaikan tersebut juga sejalan dengan kebijakan BI dibawah kepemimpinan Gubernur BI Perry Warjiyo yang 'a head the curve and preemptive'.
Saat ini suku bunga acuan Bank Indonesia masih berada di level 5,5% sejak Agustus 2018 lalu.
"Karena sudah dipastikan The Fed menaikkan, setidaknya 25 bps untuk menghindari dana yang keluar. Bank Indonesia responsnya masih on track," jelas Bhima saat ditemui di Jakarta, Rabu (26/9).
Di sisi lain, kata Bhima BI 7-DRRR yang naik justru bisa memperburuk sektor rill di Indonesia. Ini yang dinilai belum dipersiapkan oleh pemerintah sejauh ini.
"Jadi baru Bank Indonesia yang kerja keras dari sisi moneter, tapi fiksal masih tidur," katanya.
Terpenting, kata dia, saat ini adalah bukan menguatkan nilai tukar rupiah. Namun, menghambat agar dollar AS tidak menguat terhadap rupiah.
Dari sisi gejolak yang dihadapi sekarang, sambungnya, terutama perang dagang antara AS melawan musuh negara dagangnya, ditambah adanya tekanan harga di luar prediksi, tentu akan menekan angka defisit transaksi berjalan.
Bhima yakin BI tidak akan membiarkan rupiah hingga ke level Rp15.000. "Rp15.200 per dollar AS bukanlah yang bisa ditembus. Itu sudah mengakumulasi dari BI yang menaikkan dua kali suku bunga acuannya," ujarnya.
Sampai akhir tahun, Bhima memproyeksi BI akan terus merespons kebijakan yang diambil The Fed. Dia memerkirakan pada Desember 2018, The Fed akan menaikkan lagi suku bunga acuan 26 bps. Sehingga, sampai akhir tahun 2018, BI akan menaikkan suku bunga acuannya mencapai 6%.
"Bank Indonesia akan mengikuti itu. Jadi ada kemungkinan 50 basis poin hingga akhir tahun. Pada bulan ini dan Desember," ucap Bhima.
Senada, Ekonom BCA David Sumual juga mengungkapkan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. The Fed sudah dalam ekspetasi kenaikan 25 bps dan pasar sudah mulai mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga The Fed.
Hanya saja, kata dia, yang perlu didalami dari kebijakan The Fed adalah mengenai arah kebijakan yang akan dikeluarkan Bank Sentral AS pasca menaikkan suku bunga.
"Mungkin bukan kenaikan suku bunganya, tapi forward guidance itu apa. Apakah mereka masih yakin tiga kali lagi tahun depan. Kalau views-nya berubah jadi dua kali, justru positif buat negara berkembang. Bisa saja terjadi inflow lagi," paparnya.
Meskipun demikian, kata David, The Fed masih akan terus menaikan suku bunganya. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi AS. (Ant).