Pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) diyakini mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang baru saja menjabat menggantikan Agus D.W Martowardojo menuturkan pembagian THR dan gaji ke-13 diproyeksi membuat pertumbuhan ekonomi mendekati level 5,15%.
"Dengan pembayaran gaji dan THR, tentu saja konsumsi rumah tangga meningkat, karena inflasi terkendali. Kalau inflasi terkendali, kemampuan belanja masyarakat akan semakin besar dan karenanya akan menajadi stimulus fiskal, khususnya di kuartal II," ungkapnya, Jumat (25/5).
Kendati demikian, bos baru bank sentral itu pesimistis pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini hingga 5,4% pada 2018.
Perry yang mengucapkan sumpah jabatan sebagai Gubernur BI pada Kamis (24/5) memerkirakan defisit neraca pembayaran atau current account deficit pada kuartal II/2018 akan meningkat.
Hal itu tampak dari aktivitas ekonomi pada triwulan kedua yang diperkirakan akan terus meningkat dengan kenaikan parameter. Selain itu, kata dia, juga akan ada pembayaran dividen dan kupon surat utang yang juga bakal melonjak.
Dia mengapresiasi langkah pemerintah, khususnya kepada Kementerian Keuangan yang telah membuat stimulus fiskal cukup baik, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Indikator lain juga membuat optimisme bank sentral terutama pada konsumsi rumah tangga yang bakal terungkit lebih tingggi dari kuartal sebelumnya sebesar 4,9%.
Sebaliknya, dia tidak banyak berharap pemerintah mampu mencapai target mengatrol pertumbuhan ekonomi hingga 5,4% sampai akhir 2018. Sebab, angka ekspor diproyeksi tak cukup menggembirakan.
"Konsumsi pemerintah cukup bagus, investasi cukup bagus baik swasta maupun pemerintah. Ekspor cukup bagus, tapi memang impor tumbuh tinggi, jadi CAD yang semua diperkirakan 2,1%, sekarang diperkirakan menjadi 2,3%. Jadi net eksternal demand membuat growth tidak bisa 5,3%," jelas Perry.
Tidak hanya itu, sambungnya, faktor lain juga membuat pemerintah tidak dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 2018, terutama dilihat dari faktor yang terjadi pada tahun lalu.
Tahun lalu, tuturnya, kredit yang rendah semestinya sudah mulai naik pada tahun 2015. Menurut dia, begitu ekonomi naik kredit juga naik, bahkan bisa lebih cepat, tapi masih lambat dan faktor-faktor yang berlanjut yang belum tertangani pertumbuhan kreditnya.