PT Bursa Efek Indonesia punya bos baru. Dia adalah Inarno Djajadi yang menggantikan Tito Sulistio sebagai direktur utama BEI.
Sejumlah tantangan mengadang bos baru di pasar modal itu. Terutama saat kondisi pasar global memberikan tekanan kuat bagi lantai bursa Tanah Air.
Saat ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) BEI, Inarno menuturkan sejumlah strategi skuad baru di bawah kepemimpinannya. Tim paket direksi yang dipilih oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu disahkan dalam RUPST.
Inarno menyusun strategi dan rencana kerja untuk meningkatkan peran, misi dan visi BEI. Terutama dengan memperhatikan posisi dan peran saat ini, baik di industri pasar modal Indonesia maupun global, serta kesinambungan atas program-program yang telah dijalankan sebelumnya.
"Sebelumnya kami berikan apresiasi dan achievement kepada direksi sebelumnya, Pak Tito dan tim. Ada beberapa program-program, intinya kami ingin meneruskan apa yang masih pending. Sekiranya program yang menjadi pipeline akan kita kawal eksekusinya dalam waktu dekat," urainya usai RUPST di Gedung BEI, Kawasan SCBD Jakarta, Jumat (29/6).
Inarno menyebutkan, visi BEI ke depan ditetapkan dengan melakukan benchmarking pada bursa-bursa regional dan dunia agar menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
"Misi kami yaitu menyediakan infrastruktur untuk mendukung terselenggaranya perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien serta mudah diakses oleh seluruh pemangku kepentingan," ujar Inarno.
Dengan visi dan misi tersebut, program kerja BEI ditujukan untuk mencapai tiga tujuan strategis dan prioritas. Di antaranya, yaitu pengembangan produk-produk baru, peningkatan jumlah perusahaan tercatat dan investor, serta peningkatan transaksi dan likuiditas.
Adapun cara untuk merealisasikan pengembangan produk-produk baru yang akan dicapai melalui penyediaan sarana perdagangan untuk produk-produk baru dan produk-produk lainnya yang saat ini belum ditransaksikan melalui trading platform, penguatan straight throuhgt procesaing/STP bersama pelaku dan SRO lain. Kemudian harmonisasi regulasi yang diperlukan untuk pengembangan produk-produk baru.
Sementara itu, untuk meningkatkan jumlah perusahaan tercatat dan investor akan dicapai melalui pembinaan perusahaan start-up, Small Medium Enterprise (SME) dan kemitraan dengan fintech, privatisasi BUMN/BUMD, dan menarik perusahaan natural resource pada early stage.
Target emiten 2019
Manajemen baru BEI menargetkan jumlah emiten yang akan melantai di pasar modal sebanyak 25-30 perusahaan pada tahun depan. Target ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun ini.
"Tahun ini targetnya 35 emiten. Namun, tahun 2019 kami akan antisipasi kemungkinan berkurangnya jumlah emiten karena kondisi politik," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, IGD N Yetna Setyo.
Selanjutnya, BEI menargetkan penambahan hingga 40 emiten pada tahun 2020. Bebeberapa hal akan digenjot oleh BEI demi mencapai target ini, seperti sosialisasi kepada emiten.
Hingga saat ini, jumlah emiten yang tercatat di BEI dari awal 2018 mencapai 21 emiten. Sementara itu, di pipeline BEI, saat ini sudah ada 31 perusahaan yang siap menggelar penawaran perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun, untuk meningkatkan transaksi dan likuiditas akan dilakukan melalui penyempurnaan fitur dan kapasitas sistem perdagangan dan mengkaji short selling, securities lending borrowing (SLB), dan mengimplementasikan margin financing.
"Program kerja strategis tersebut tentunya sangat memerlukan dukungan dari seluruh pelaku pasar dan regulator sehingga visi dan misi BEI yang sudah ditetapkan dapat dicapai dengan baik," pungkasnya.