close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pemaparannya di acara  Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12). (Tangkapan layar Youtube Kementerian Perekonomian)
icon caption
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pemaparannya di acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12). (Tangkapan layar Youtube Kementerian Perekonomian)
Bisnis
Rabu, 21 Desember 2022 20:28

Tiga sektor ini bakal digenjot Menperin untuk hilirisasi, dari minyak goreng sampai wafer silika

Agus menceritakan nikel berhasil memberikan nilai tambah hampir 400 kali lipat.
swipe

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan hilirisasi industri untuk komoditas dalam negeri sangat penting karena memiliki tiga kelebihan utama, yaitu meningkatkan nilai tambah yang juga menambah pendapatan negara, meningkatkan investasi di dalam negeri, serta memberikan lapangan kerja sebanyak mungkin. Oleh karena itu, hilirisasi industri akan terus didorong oleh Kementerian Perindustrian dan pemerintah.

Di tahun 2023, Kemenperin menurut Agus akan fokus pada hilirisasi manufaktur di tiga sektor, yakni sektor agroindustri, sektor bahan tambang dan mineral, serta sektor berbasis minyak dan gas (migas) dan batu bara. Beberapa contoh hilirisasi manufaktur sektor agroindustri dan bahan tambang serta mineral telah membuktikan terjadinya peningkatan nilai tambah pada komoditas yang diolah.

“Manufaktur agroindustri untuk sub sektor kelapa sawit yang nilai tambahnya dari pohon menjadi minyak goreng naik 1,36, kemudian diolah jadi margarin maka nilai tambahnya jadi 1,86, fatty acid jadi 1,88, surfaktan jadi 2,66, kosmetik 3,88. Dan untuk ekosistem subsektor Crude Palm Oil (CPO) ini juga kita telah menciptakan tenaga kerja langsung sebanyak 2,5 juta orang dan menghidupkan sekitar 21,4 juta orang secara nasional,” ungkap Menperin dalam pemaparannya di acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (21/12).

Sedangkan kesuksesan di hilirisasi manufaktur subsektor nikel, Agus menceritakan nikel berhasil memberikan nilai tambah hampir 400 kali lipat. Hilirisasi ini dilakukan bukan hanya untuk memproduksi kendaraan listrik dan baterainya, namun juga memproduksi banyak produk turunan lainnya seperti alat kesehatan, alat dapur, alat industri kedirgantaraan, dan masih lainnya.

Selain nikel yang dihilirisasi untuk sektor tambang dan mineral, Agus juga mengungkapkan Indonesia memiliki peluang untuk melakukan hilirisasi subsektor semikonduktor dalam membangun desain Integrated Circuit (IC) atau dikenal chip yang merupakan komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor. Ini diakui Agus karena sudah ada beberapa perusahaan nasional yang mampu memproduksi desain IC. Selain itu juga rencana Indonesia untuk memproduksi wafer.

“Sekarang kita sedang mengarahkan dan mendorong kemampuan Indonesia untuk membangun wafer (silika) karena bahan baku yang utama diperlukan untuk wafer, Indonesia punya banyak, contohnya seperti silica, ada by product dari bauksit yaitu gallium, yang sekarang didorong terus agar dalam waktu singkat bisa segera produksi wafer,” lanjut Agus.

Sebagai informasi, yang dimaksud wafer di sini adalah wafer silika yang terbentuk dari pasir silika yang dicairkan dan dimurnikan, kemudian menjadi wafer. Wafer ini nantinya bisa digunakan sebagai solar panel yang merupakan bagian dari sistem solar.

Selanjutnya untuk hilirisasi manufaktur sektor migas, Agus mencontohkan dengan proyek gas yang ada di Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.

“Kita berharap dalam waktu singkat, proyek hilirisasi gas ini bisa membuat produk-produk seperti metanol dan amonia,” tandas Agus.

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan