Pemilik RAV House PT Ravindo Sukses Mulia, Redi Fajar Kurniawan, mengatakan, tren memelihara tanaman hias meningkat, terutama sejak pandemi Covid-19. Ini pun dimanfaatkannya untuk dagangannya, yang dirintis sejak 2018.
"Pada Oktober 2018, orderan ekspor pertama kali ke Kanada. Kami saat itu dibantu proses persiapan hingga pengiriman ke Kanada oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan) Bogor," ujar Redi dalam webinar Alinea Forum bertajuk "Peluang Besar Ekspor Tanaman Hias", Jumat (30/9).
Tak lama sejak tembus ekspor, Redi kebanjiran pesanan tanaman hias dari Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Asia. Permintaan tanaman hias dari mancanegara juga dirasakan eksportir baru lainnya.
Berdasarkan peningkatan permintaan di pasar global, Redi bersama timnya berinisiatif membentuk accelerator hub dengan menggandeng Susy Garden. Kemitraan menghasilkan marketplace plintplant.com, yang menjadi sarana pemasaran tanaman hias ke seluruh dunia.
Redi menambahkan, pihaknya membentuk RAV House Enterpreneur Accelerator Program yang ditujukan bagi mahasiswa yang ingin belajar industri tanaman hias.
"Kami di program ini memberikan pelatihan, menyediakan fasilitas alat dan tanaman yang akan mahasiswa pelihara tersebut. Selain itu, kami mengajak beberapa pensiunan dari sejumlah institusi untuk ikut menggeluti industri ekspor tanaman hias ini," tuturnya.
Dari data National Gardening Association, 6 juta orang Amerika mulai memelihara tanaman hias di rumah (gardening) pada 2015. Sebanyak 5 juta di antaranya adalah generasi milenial.
Ketertarikan milenial terhadap tanaman hias makin meningkat pesat. Pada 2016-2019, tercatat US$1,7 miliar dana digunakan generasi milenial untuk gardening.
"Peningkatan ini tidak lepas dari penggunaan media sosial, khususnya Instagram, karena sekali unggah foto, tidak perlu waktu lama fotonya sudah tersebar ke berbagai negara dan milenial juga pengguna Instagram yang aktif," ucap Redi.
Menurutnya, penjualan tanaman hias pada 2021 mencapai US$27,78 miliar atau sekitar Rp400 triliun. Adapun tanaman hias yang digandrungi pasar global adalah jenis Aracaea, seperti Philodendron, Monstera, Anthurium, dan Alocasia.
Lebih lanjut, Redi menjelaskan, ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa mengekspor tanaman hias. Di antaranya adalah mengantongi phytosanitary certificate (PC) guna memastikan tanaman sehat dan bebas OPT, memiliki surat izin pemasukan dari Kementan (SIPMENTAN), memiliki import permit jika dibutuhkan negara tujuan ekspor, sertifikat perlakuan tertentu jika dibutuhkan, melengkapi dokumen logistik, bebas dari OPT karantina, dan sertifikat CITES untuk tanaman yang dilindungi.
"Persyaratan ekspor setiap negara berbeda-beda. Seperti ke Amerika, jika eksportir mengirim 1 hingga 12 tanaman, maka importir tidak memerlukan impor permit dari United State Department Agriculture (USDA). Kemudian, Thailand mensyaratkan agar tanaman yang diekspor ke Thailand bukan Genetically Modified Organism (GMO). Selanjutnya, jika di Inggris, maka importir harus memiliki PEACH number. Ini seperti NIB di Indonesia," tandasnya.