close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Utang Toys R Us menumpuk akibat jumlah toko yang banyak
icon caption
Utang Toys R Us menumpuk akibat jumlah toko yang banyak
Bisnis
Rabu, 11 Oktober 2017 12:42

Toys R Us tutup, kebahagiaan anak-anak berkurang

Orangtua tidak lagi punya waktu sekedar menemani anak ke toko mainan. Anak-anak lebih menyukai mainan versi digital.
swipe

Berbelanja secara online lewat sentuhan jari telah menggantikan cara berbelanja konvensional dengan berkunjung ke toko. Aktivitas yang padat dan waktu yang sempit membuat pilihan belanja online makin digemari. Dampaknya, bisnis konvensional pun terlibas, aktivitas di pusat perbelanjaan makin sepi.

Bagi perusahaan yang memiliki jaringan toko luas, kehadiran digital tentu melibas bisnis mereka. Satu persatu perusahaan yang mengandalkan jaringan luas tumbang, tidak terkecuali raksasa ritel mainan anak asal Amerika Serikat, Toys R Us.

Perusahaan yang memiliki 1.871 toko yang 245 tokonya berlisensi di 37 negara itu mengajukan dokumen pailit karena memiliki utang sebesar US$ 5 miliar dan sebagian harus dilunasi atau dibiayai kembali pada tahun 2018.
Toys R Us didirikan oleh Charles P. Lazarus pada tahun 1945 saat berusia 25 tahun. Mulanya, Lazarus membangun toko sepeda yang kemudian memproduksi berbagai furniture untuk anak. Produk furniture khusus anak disukai oleh orangtua pada tahun 1945 dan mendorong Lazarus menciptakan mainan anak-anak atas pesanan orangtua yang berbelanja di tokonya. 

Lima tahun kemudian, Lazarus kemudian menciptakan supermarket khusus yang menyediakan mainan khusus anak-anak. Toko mainan yang identik dengan ikon jerapah ini booming pada tahun 1900 di mana orangtua selalu mencarikan hadiahnya di Toys R Us dan anak-anak selalu bersemangat dan bahagia saat berada di toko mainan tersebut. 

Namun saat ini, kebahagiaan anak-anak untuk mendapatkan hadiah dari orangtuanya mulai terancam. Toys R Us tidak mampu bersaing dengan penjual daring atau e-commerce seperti: Amazon, eBay dan Alibaba. 

Jaringan toko yang besar dengan jumlah karyawan mencapai 64.000 pekerja membawa petaka bagi perusahaan. Sekuat tenaga Toys R Us berusaha untuk membawa bisnisnya ke online demi mengimbangi penjualan produk lewat e-commarce.

Sayang, hasilnya belum maksimal rupanya masyarakat saat ini tidak lagi merasa khawatir saat berbelanja tidak sesuai dengan harapan.  Layanan costumer service dari e-commarce atas keluhan barang yang diterima telah berhasil meyakinkan masyarakat untuk mendapatkan barang sesuai dengan harapan. 

Tidak kehabisan akal, Toys R Us kemudian merancang mainan lewat apps yang diyakini dapat menggerakkan aktivitas bisnisnya kembali. Permainan yang ditawarkan lewat apps untuk menarik generasi elektronik agar tetap datang ke toko untuk memilih mainan. Bahkan, perusahaan sedang melakukan tes awal lewat permainan virtual game. 

CEO Toys R Us Dave Brandon menjelaskan cara kerja apps yang memberi petunjuk pada smartphone pelanggan mereka pada mainan-mainan yang menarik saat datang ke tokonya. Pengalaman ini akan memberikan kesempatan anak-anak untuk mencoba berbagai permainan konvensional dan gadget.

“Kami ingin mendatangkan lebih banyak pelanggan kami,” tukas Brandon seperti dikutip USA Today.

Meski menjanjikan eksistensi tetap terjaga, bangkrutnya Toys R Us terlanjur melukai hati anak-anak di Amerika Serikat. Toko mainan telah menjadi tempat paling menyenangkan bagi anak-anak. Kegembiraan datang ke toko bersama orangtua, memilih dan mencari mainan yang disukai tentu tidak tergantikan dengan cara membeli mainan online saat ini. Apalagi saat natal tiba di mana orangtua kerap menjanjikan hadiah bagi anak-anaknya di toko mainan.


Andrew seorang anak berusia 9 tahun pertama kali menyerukan kegalauan hati sebayanya dengan tutupnya Toys R Us, ia mengatakan bahwa penutupan Toys R Us dapat berdampak buruk bagi anak-anak. Ada tiga alasan yang diungkap Andrew lewat suratnya.

Pertama di toko tersebut anak-anak merasa dirinya special sebab toko diciptakan untuk mereka. Kedua, anak-anak lebih suka dijanjikan berpergian ke Toys R Us dibandingkan ke toko lain. Terakhir, toko mainan memberikan kebebasan bagi anak-anak yang selama ini tidak bebas berselancar di website untuk menemukan minatnya. Untuk itu, Andrew meminta agar hakim mempertimbangkan agar tidak menutup toko-toko Toys R Us mengingat natal segera datang. 

img
Mona Tobing
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Tag Terkait

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bisnis - Selasa, 17 Oktober 2017 15:36

Toys R Us akan IPO di Hong Kong

Bagikan :
×
cari
bagikan