Transaksi pada Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 tahun 2019 tembus Rp153,38 triliun. Capaian itu melonjak 29,04% dibandingkan dengan tahun 2018 senilai Rp127,33 triliun.
Menteri Perdagangan yang baru saja dilantik, Agus Suparmanto mengatakan transaksi yang terjadi di TEI tidak hanya meliputi transaksi perdagangan dan jasa, tetapi juga investasi.
"Kami percaya TEI merupakan salah satu cara untuk mencapai peningkatan ekspor sesuai arahan dari presiden," katanya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (25/10).
Mendag merinci, untuk transaksi produk meliputi transaksi perdagangan barang yang berasal dari penandatanganan kontrak dagang/MoU sebesar US$698,34 juta, transaksi di stan pameran US$687,60 juta, misi dagang lokal US$50,63 juta, dan penjajakan kesepakatan dagang US$67,11 juta.
Kemudian, Kementerian Kelautan dan Perikanan US$10,43 juta, forum bisnis hortikultura US$8,78 juta, serta kuliner dan pangan nusa US$457.140. Sedangkan transaksi perdagangan jasa sebesar US$120,08 juta. Sementara itu, transaksi investasi berhasil membukukan nilai sebesar US$9,29 miliar.
Dia pun menerangkan negara dengan transaksi terbanyak adalah Mesir sebesar US$270,51 juta atau sebesar 18,13% dari total nilai transaksi, lalu disusul Jepang sebesar US$260,01 juta atau 17,43%, dan China sebesar US$201,52 juta atau 13,51%.
Sedangkan produk yang paling diminati adalah makanan olahan sebesar US$390,26 juta, kertas dan produk kertas sebesar US$289,64 juta, kelapa sawit mentah (CPO) sebesar US$166,65 juta, produk pertanian sebesar US$128,92 juta, dan kopi kertas sebesar US$111,85 juta.
Selama TEI berlangsung, juga tercapai 114 kesepakatan dagang dari 31 negara dengan total nilai kontrak sebesar US$3,19 miliar. Nilai tersebut terdiri atas transaksi diantaranya investasi, produk barang, seperti makanan olahan, kertas dan produk kertas, produk pertanian dan perkebunan, produk perikanan, bumbu masak, serta rempah-rempah.
Sementara itu, untuk kegiatan business matching telah menghasilkan 247 transaksi potensial dengan nilai mencapai US$67,11 juta. Produk yang paling diminati adalah makanan dan minuman (mamin), produk pertanian, tekstil dan produk tekstil, produk kecantikan dan kesehatan, serta furniture dan perabotan.
“Hal tersebut menunjukkan eksportir Indonesia mampu meyakinkan para buyers mancanegara untuk bertransaksi di tengah persaingan global yang semakin ketat.
Artinya, lanjut Agus, eksportir mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pasar, dan memiliki daya saing tinggi dengan harga yang kompetitif, serta sikap profesional yang menumbuhkan kepercayaan dari kalangan buyers internasional.