close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pasar saham. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi pasar saham. Foto Freepik.
Bisnis - Bursa
Rabu, 25 September 2024 18:05

Tren penurunan suku bunga, seberapa kencang IHSG mampu lari?

Pasar saham diperkirakan menguat hingga akhir tahun ditopang oleh tren penurunan BI rate.
swipe

Pasar saham diperkirakan menguat hingga akhir tahun ditopang oleh tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang masih akan berlanjut.

Pemotongan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed membuka ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga. 

Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer memprediksi pemangkasan suku bunga acuan BI masih akan berlangsung hingga tahun depan. Longgarnya kebijakan moneter dan fiskal tersebut memberikan sentimen positif terhadap pasar saham.

"Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan masih menariknya valuasi pasar saham membuka peluang yang lebih tinggi bagi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) untuk mencapai skenario bull-case di 8.000 pada akhir tahun ini," ujar Adrian, Rabu (25/9).

Diketahui, setelah lebih dari setahun, The Fed akhirnya menurunkan suku bunga acuannya 50 basis poin (bps) ke level 4,75% - 5,00%. Sepanjang sejarah The Fed modern, pemangkasan 50 bps sekaligus hanya pernah terjadi tiga kali, yaitu tahun 2008 saat krisis subprime mortgage atau krisis hipotek subprima, tahun 2020 saat pandemi Covid, dan September 2024 ini. Di hari yang sama beberapa jam sebelumnya, BI juga menurunkan BI rate sebesar 25 bps ke level 6,00%, merupakan pemotongan pertama sejak 2021.

Lebih lanjut Adrian bilang, sejumlah saham akan diuntungkan dari penurunan suku bunga dan penguatan nilai tukar rupiah. Sektor-sektor saham yang cukup sensitif, yakni keuangan, consumer staples, dan properti. "Saham-saham small-mid caps juga tetap menjadi pilihan kami," imbuhnya. 

Mandiri Sekuritas meramal BI akan memotong suku bunga total 150 bps dalam siklus pelonggaran kali ini, yang akan membawa terminal suku bunga menjadi 4,75% dengan total 75 basis poin akan dilakukan pada 2024. Hal ini mendekatkan suku bunga riil BI ke rata-rata jangka panjang sekitar 1,7%, turun dari 3,4% saat ini.

Chief Economist and Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Katarina Setiawan mengatakan di tengah siklus penurunan suku bunga, nilai tukar yang stabil, inflasi yang terjaga, dan datangnya pemerintahan baru yang terlihat ‘pro-growthalias mendukung pertumbuhan, pasar saham diprediksi memperoleh angin segar.

"Sepanjang tahun berjalan sampai Agustus 2024, dari beberapa ekonomi Asia non-China yang cukup prominen seperti Filipina, Indonesia, India, Korea Selatan, Malaysia, Taiwan dan Thailand, Indonesia menjadi penerima arus masuk bersih ketiga setelah Korea Selatan dan India," tuturnya. 

BI rate

Menurut Katarina, konsensus pasar memperkirakan BI akan bergerak lebih konservatif ketimbang The Fed, di mana dot-plot rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir menunjukkan pemangkasan suku bunga acuan sampai akhir 2025 mendatang dapat terjadi sebanyak 200 bps, adapun penurunan BI rate sepanjang periode yang sama hanya sebesar 100 bps.

"Walaupun sebenarnya inflasi Indonesia sangat terjaga, penurunan BI rate tidak akan terlalu agresif untuk menjaga selisih suku bunga AS dan Indonesia tetap menarik di mata investor asing, dan berada di level yang tetap dapat menjadi stimulan dan pendorong pertumbuhan ekonomi," katanya.

Dia menyebut, siklus pemotongan suku bunga di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di AS. Negeri Paman Sam itu memotong suku bunga walaupun belum mencapai target inflasi karena kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan yang memburuk. Sementara Indonesia memangkas suku bunga justru karena inflasi sangat terjaga dan nilai tukar yang stabil.

"Perbedaan inilah yang membuat arus dana kembali masuk memburu aset-aset finansial Indonesia, baik obligasi yang secara tradisional menjadi penerima keuntungan pada era penurunan suku bunga, maupun saham yang diharapkan memperoleh katalis dari percepatan roda ekonomi dan kebijakan pemerintah baru yang mendukung pertumbuhan," katanya.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan