Platform transportasi asal Amerika Serikat (AS), Uber berencana untuk menjual bisnisnya di Asia Tenggara ke Grab Singapura. Sumber menyebut bahwa Grab bakal mendapat saham porsi besar dari Uber.
Ini bukan pertama kalinya, Uber menjual bisnisnya. Tahun lalu, Uber menjual operasinya dengan persentase saham sebesar 20% kepada Didi. Selain itu, Uber juga melepas sahamnya sebesar 37% ke Yandex di Rusia.
Langkah Uber menjual unit bisnisnya karena sulitnya perusahaan bersaing dengan platform transportasi lokal. Analis Goldman Sachs bidang teknologi dan internet Khosrowshahi mengatakan bahwa apabila Uber bersaing dengan pemain lokal justru akan menambah kerugian perusahaan.
Memang Uber memiliki teknologi yang baik, jaringan lebih luas dan merek lebih bagus. Namun untuk bersaing dengan platform lokal belum tentu akan menang.
"Tidak masuk akal jika menghabiskan uang untuk di pasar yang kompetisinya ketat. Tidak mungkin mampu melawan pemain lokal dengan jumlah pengemudi yang mungkin lebih banyak," tukas Khosrowshahi.
Seorang investor Uber mengatakan kepada Reuters bahwa menutup unitnya di Asia Tenggara akan memungkinkan perusahaan tersebut untuk mencetak uang dan membuat IPO lebih realistis. Uber terus merugi, bahkan pada tahun 2017 lalu kerugiannya naik 61% menjadi US$ 4,5 miliar.
Seperti diketahui, Grab menyediakan layanan mobil pribadi, sepeda motor, taksi dan carpooling di lebih dari 100 kota di Asia Tenggara. Perusahaan tersebut mengklaim memiliki pangsa pasar 95%. Grab baru saja mendapatkan suntikan dana lebih dari US$ 2,5 miliar dari SoftBank dan investor lainnya pada 2017.