close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
Bisnis
Rabu, 16 Maret 2022 16:16

Cerita inspiratif UMKM perempuan kembangkan bisnis, berdayakan pengrajin lewat digitalisasi

UMKM Studio Dapur dan Noesa digagas perempuan dengan semangat lokal namun mampu membawa produknya naik kelas lewat marketplace.
swipe

Tak butuh waktu lama bagi Mega Puspita (28) menggali bidang bisnis yang sesuai passion dan ilmunya semasa kuliah. Sebelum lulus dari jurusan product design, Mega terlebih dahulu nyemplung ke sebuah desa pengrajin bambu di Temanggung, Jawa Tengah untuk melaksanakan program magang.

Berawal dari situlah, Mega melihat langsung kearifan lokal desa pengrajin bambu, serta bagaimana tanaman berumpun asli Indonesia itu bisa memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk desa. Setelah menyandang gelar sarjana, Mega langsung memutuskan untuk berbisnis produk bambu.

Jika biasanya di pasar tradisional banyak ditemui produk bambu seperti tampah, besek, dan lain-lain, Mega justru ingin menggagas agar produk bambu naik kelas. Baik dari sisi desain maupun kualitas.

Karenanya, dia membangun toko Studio Dapur dengan menggandeng para pengrajin bambu di desa Padakembang, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebagian besar penduduk desa itu berprofesi sebagai pengrajin bambu.

“Kualitas produknya sudah cukup baik dibandingkan kualitas produk bambu pada umumnya, lalu aku ajak kerja sama. Dari situ aku develop produk-produk bambu yang relevan di masa kini,” katanya dalam “Virtual Media Briefing Tokopedia: Hari Perempuan Sedunia”, Selasa (8/3).

Awalnya, Mega cukup kesulitan merancang sistem bisnis yang menguntungkan baik bagi dirinya maupun para pengrajin. Hingga akhirnya, Mega memutuskan membeli putus hasil karya dari para pengrajin. 

Para pengrajin Studio Dapur memproduksi produk anyaman bambu ramah lingkungan, seperti tudung saji, baki, alas gelas dan piring, keranjang dan lain-lain. Dokumentasi Studio Dapur.

Kemudian, ia membubuhkan inovasi desain sehingga produk bambu menjadi lebih relevan untuk kebutuhan rumah tangga masa kini. Tidak hanya sebagai alat rumah tangga yang fungsional, tetapi juga menjadi bagian dari home decor.

Kini, Mega menggandeng 25 artisan atau penganyam bambu yang bekerja di workshop. Selain itu, pihaknya juga mempunyai mitra pengrajin di Bali, Pandeglang, maupun Garut, Jawa Barat.

Adapun material bambu berasal dari kebun bambu yang tumbuh subur di bukit-bukit sekitar desa wisata itu. Lalu, pihaknya merekrut orang yang bisa memanen dan kemudian para pengrajin akan memotong bahan baku bambu untuk dianyam.

“Dari material, kami rendam pakai cuka bambu untuk mematikan serangga-serangga. Setelah itu ketika finishing, kami pakai bahan water based supaya tahan jamur,” bebernya.

Mega tak ingin hanya menjalankan usaha dengan motif bisnis semata. Dalam kemitraan dengan pengrajin itu, pihaknya juga menekankan kelestarian lingkungan lewat kebun bambu. Tidak hanya sebagai material utama Studio Dapur, bambu di desa Padakembang juga mempunyai peranan penting.

“Dari segi udara, bambu di desa menyerap karbon. Lalu ketika ditanam, bisa menjaga warga desa dari erosi,” sebutnya. 

Kini, enam tahun sudah Studio Dapur berjalan dengan memberdayakan pengrajin bambu. Produknya cukup unik antara lain alat-alat makan kayu, nampan, tudung saji, cover pot, keranjang, alas piring dan gelas, serta lainnya. Harganya cukup variatif mulai dari Rp40.000 hingga Rp580.000.

Omzet puluhan juta

Namun, pandemi yang sudah berjalan selama dua tahun ini menjadi tantangan besar bagi UMKM ini. Pasalnya, pasar utama Studio Dapur yang merupakan restoran, hotel, dan kafe ikut kolaps akibat pagebluk. 

Agar bisnisnya bertahan, Mega lalu makin fokus memasarkan produknya secara online lewat marketplace Tokopedia. 

“Dengan adanya Tokopedia, kami beralih model bisnis dari yang tadinya B2B (business to business) ke restoran, hotel, dan kafe, kini pasarnya menjadi lebih luas. Tokopedia sangat menyelamatkan di masa-masa pandemi,” ujarnya. Studio Dapur kini sanggup mengantongi omzet puluhan juta di Tokopedia.

UMKM lainnya, Noesa mengaku mencatat kenaikan penjualan saat pandemi. Selama pandemi, kata Pendiri Noesa, Annisa Hendrato (31), Tokopedia menyumbang lebih dari 60% terhadap keseluruhan penjualan Noesa. 

“Saat Covid-19, penjualan kami naik,” ujarnya. 

Annisa mengaku banyak memanfaatkan fitur-fitur dari Tokopedia untuk meningkatkan penjualan dan memperkenalkan produk ke konsumen, seperti fitur untuk mengaktifkan flash sale, diskon, bundling produk, dan sebagainya. Juga, fitur wawasan pasar, wawasan produk, atau analisa.

Noesa merupakan UMKM dengan produk aksesoris tenun ikat yang menggandeng para pengrajin kain tenun di Maumere, NTT. Annisa mengaku ide bisnis ini tak sengaja. Saat berlibur ke Maumere beberapa waktu silam, ia tertarik melihat aktivitas warga menenun menggunakan pewarna alami yakni dari tumbuhan seperti kunyit, akar mengkudu, daun indigo, dan daun turi.

Selama dua bulan di desa tersebut, Annisa kian kepincut dengan cara produksi kain tenun ikat yang sangat alami. Namun, proses pembuatannya yang lama membuat kain tenun ‘berjarak’ dengan anak muda karena harganya yang mahal.

Ia bersama rekannya Cendy Mirnaz terpikir untuk mendekatkan produk tenun ikat kepada para anak muda dengan cara sederhana. “Kami putar otak, produk pertama kami kamera straps. Kamera kecil lagi tren waktu itu, kenapa enggak bikin tali kamera dari tenun karena durability enggak jauh beda sama kulit,” ungkapnya di kesempatan yang sama.

Lulusan komunikasi visual ini juga sebelumnya tak pernah melihat proses tekstil tradisional yang demikian rumit namun indah ini. Ia lalu berpikir untuk memberdayakan kain-kain hasil penenun sebagai bagian dari fashion. Sayangnya, kain tenun memiliki cerita yang sangat inspiratif dalam setiap lembarnya sehingga tidak bisa sembarang dipotong untuk menjadi model baju.

Karena itu, ia memanfaatkan sisa-sisa kain untuk dijadikan produk-produk seperti tali kacamata, ikat rambut, pembatas buku, masker, dompet, gelang, tali tas, topi hijab, anting tusuk tenun dan lain-lain. Harganya berkisar dari Rp30.000 sampai Rp700.000.

“Pertama, saya terpikat oleh warna-warna alami itu. Lalu kami memutuskan bikin sistem. Kami nabung dan riset, tinggal di sana untuk paham pola pikir penenun guna bikin sistem yang menguntungkan baik bagi kami maupun pengrajin,” jelasnya.

Annisa Hendrato dan Cendy Mirnaz menggandeng komunitas perempuan penenun dan penjahit di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menghasilkan produk tenun ikat Flores dalam bentuk dompet, gelang, tali kamera dan masih banyak lagi. Dokumentasi Noesa.

Tak butuh perjuangan sulit untuk merebut hati The Watubo, penenun-penenun di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Bisnis Noesa pun akhirnya berjalan hingga kini menginjak tahun ke delapan. 

Meningkatkan kesetaraan

Mega dan Annisa adalah salah dua perempuan Indonesia yang bersemangat mengangkat kearifan lokal dalam produk bernilai tambah. Keduanya juga memberdayakan para pengrajin di desa-desa Indonesia dengan produk unggulan.

Baik Studio Dapur maupun Noesa sudah bergabung dengan ekosistem Tokopedia untuk memasarkan produknya. Mega mengaku selalu merasa tertantang untuk memasarkan produk bambu yang bernilai tambah agar tidak hanya berhenti di pasar tradisional.

“Ilmu digital marketing sangat penting,” sebutnya.

Melalui Tokopedia, Studio Dapur juga sudah menjangkau penjualan hingga ke kota-kota besar. Sebut saja Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, hingga Bali. 

Di sisi lain, kesetaraan gender bagi Mega tidak membuat laki-laki dan perempuan saling bersaing. Jika perempuan mempunyai akses pendidikan yang sama seperti laki-laki, keduanya justru bisa saling mengisi di berbagai bidang.

Sementara Annisa menekankan pentingnya perempuan untuk fokus pada tujuannya tak terkecuali jika ingin membangun usaha. Namun, di tengah era serba tidak pasti ini, Annisa menilai setiap perempuan juga harus sadar kalau bisnis tak selamanya berjalan mulus.

“Bisnis enggak akan smooth langsung lancar semuanya. Karena itu, penting untuk sharing atau cerita-cerita dengan sesama pelaku usaha perempuan. Perlu juga cari tren terkait hal-hal yang berfungsi bagi masyarakat di era ini,” sarannya.

Tokopedia sendiri mencatat jumlah perempuan pelaku UMKM di Tokopedia meningkat 2,5 kali lipat pada 2021 dibandingkan 2020.

“Tokopedia juga melihat beberapa kota di Indonesia mengalami peningkatan paling tinggi dalam hal jumlah perempuan pegiat usaha lokal selama 2021. Ada Pekanbaru, Palembang, Pekalongan, Denpasar dan Balikpapan. Namun bukan berarti kota lain tidak berkembang,” ujar Head of Product (Campaign) Tokopedia, Helena.

Adapun kategori fashion, kecantikan dan rumah tangga merupakan kategori-kategori yang populer di 2021. Hal ini tak lepas dari kolaborasi mitra-mitra strategis seperti Noesa dan Studio Dapur yang menggandeng UMKM-UMKM lain di desa.

Hal ini juga didorong oleh banyak inisiatif Tokopedia bersama pegiat usaha lokal, termasuk perempuan pegiat UMKM. Mulai dari Tokopedia Beauty Awards 2021, Women in Style serta inisiatif Hyperlocal dan turunannya seperti Tokopedia Nyam!, Festival Fashion Lokal Jawa Barat dan masih banyak lagi.

Dalam rangka menyambut Hari Perempuan Sedunia, Tokopedia mengadakan Virtual Media Briefing dengan topik Tokopedia Dukung Perempuan Indonesia Bangkit Bersama yang menghadirkan narasumber Head of Product (Campaign) Tokopedia, Helena, bersama dengan Pemilik Usaha Studio Dapur, Mega Puspita dan Co-Founder Noesa, Annisa Hendrato, pada Selasa (8/3).

Bagi Tokopedia, lanjut dia, pemberdayaan perempuan jadi pilar utama misalnya dengan pelatihan informasi dan teknologi (IT) serta literasi digital. “Fokusnya perempuan-perempuan muda siap masuk dunia kerja dengan keterampilan teknis dan komprehensif,” tambah Helena.

Salah satu program yang dilakukan Tokopedia adalah Migrant Care tahun 2021 untuk para perempuan pekerja migran yang kembali ke tanah air khususnya di pulau Jawa. Pihaknya memberikan pelatihan teknis bagi para perempuan untuk menjadi pengusaha.

Selain itu ada pula START Women in Tech yang menggandeng perempuan-perempuan ahli teknologi untuk membagi pengalaman dan wawasan digitalnya kepada para perempuan lain.

“Tokopedia melakukan inovasi baik dari product development maupun kampanye-kampanye seperti, Beauty Dealight, Tokopedia NOW!, Cantik Fest, Home Living Salebrations. Serta, produk-produk kebutuhan sehari-hari perempuan dengan ragam promosi menarik,” ulasnya.

Helena sangat mengapresiasi peran para pengusaha perempuan dalam menciptakan lapangan kerja di era saat ini. Karena itu, Tokopedia tidak berhenti menggelar program-program untuk menciptakan pengusaha-pengusaha perempuan baru dengan peluang bisnis seluas-luasnya. 

“Kami apresiasi pegiat usaha lokal kisahnya sangat inspiratif. Tokopedia sangat berharap mitra-mitra strategis dukung pegiat usaha lokal. Mengingat UMKM berkontribusi lebih dari 60% ke PDB (produk domestik bruto) Indonesia sehingga nantinya pengusaha lokal bisa berkembang dan jadi raja di negeri sendiri,” ujarnya. 
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan