Singapore Airlines akan memberi penghargaan kepada stafnya dengan pembayaran bonus senilai hampir delapan bulan gaji. Sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan kepada Bloomberg, setelah maskapai meraup rekor laba tahunan kedua beruntun.
Pembayaran tersebut sebenarnya lebih tinggi dari pendapatan selangit Singapore Airlines tahun sebelumnya, yang menghasilkan bonus bagi hasil yang setara dengan gaji 6,65 bulan dan bonus ex-gratia maksimum 1,5 bulan gaji terkait pandemi.
Dilaporkan Straits Times, pilot termasuk yang mungkin mendapat bonus bagi hasil sebesar 7,94 bulan, memantau pengumuman dari CEO Goh Choon Phong.
Pihak Singapore Airlines menolak berkomentar.
Maskapai ini mengatakan bahwa permintaan penerbangan jangka pendek tetap gemuk karena tingginya minat terhadap perjalanan. Hasilnya rekor laba setahun penuh yang bahkan melampaui perkiraan meskipun kuartal keempat sedikit lebih lemah.
Maskapai tersebut juga menyoroti kuatnya permintaan kargo menjelang akhir tahun keuangan. Dampak peralihan ke angkutan udara oleh berbagai perusahaan pengirim karena masalah keamanan di wilayah Laut Merah.
“Permintaan kargo menguat menjelang akhir tahun fiskal 2023/24 didukung oleh permintaan e-commerce yang sehat, segmen yang tangguh dan berkembang seperti barang yang mudah rusak dan konser,” kata perusahaan itu pada hari Rabu (15/5).
Maskapai ini melaporkan laba bersih tahunan sebesar SGD2,68 miliar (Rp31,7 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2024, dibandingkan dengan SGD2,16 miliar (Rp25,5 triliun) pada tahun lalu.
Perusahaan juga mengumumkan dividen final masing-masing sebesar 38 sen Singapura, lebih tinggi dari 28 sen Singapura pada tahun lalu.
Rezeki nomplok yang diterima staf Singapore Airlines mencerminkan pengalaman karyawan di Emirates, yang dilaporkan memberikan bonus lima bulan kepada pekerja setelah mencatat rekor laba tahunan sebesar US$5,1 miliar (Rp81,1 triliun). Maskapai Teluk itu juga membayar jumlah yang sama tahun lalu.
Namun Singapore Airlines memperkirakan pendapatan penumpang – yang merupakan ukuran tarif rata-rata yang dibayarkan per mil per penumpang – akan terus moderat seiring dengan peningkatan kapasitas maskapai penerbangan, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
“Industri penerbangan terus menghadapi tantangan termasuk meningkatnya ketegangan geopolitik, iklim makroekonomi yang tidak menentu, kendala rantai pasokan, dan inflasi yang tinggi di banyak belahan dunia,” katanya disitir South China Morning Post.
Singapore Airlines mendapat manfaat dari pembukaan kembali dan pembangunan kembali yang lebih cepat dibandingkan dengan banyak maskapai penerbangan sejenisnya setelah pembatasan Covid-19 dicabut. Volume penumpang bulanan mencapai sekitar 97 persen dari tingkat sebelum pandemi di bulan Maret.
Namun CEO Goh mengatakan permintaan perjalanan udara dari China belum kembali ke tingkat sebelum pandemi untuk Singapore Airlines, meskipun skema bebas visa bagi warga negara China ke hub Asia telah membantu mengisi kursi dan maskapai ini akan menambah lebih banyak kapasitas di China tahun ini.
“Perjalanan ke China sangat kuat, perjalanan ke luar China belum pulih sepenuhnya,” katanya pada hari Kamis (16/5).
Dia mengatakan skema bebas visa antara China dan Singapura yang dimulai pada bulan Februari telah memberikan “beberapa faktor pendorong” bagi penerbangan China.
Grup maskapai penerbangan tersebut secara bertahap memulihkan kapasitas China dan akan menambah kursi ke Shanghai, Beijing, dan Guangzhou tahun ini, tambah Goh.
Maskapai penerbangan nasional Negeri Singa tersebut menghentikan penerbangan pada bulan April ke Chengdu, Chongqing, dan Xiamen, dengan alasan kurangnya persetujuan peraturan. Ini sekarang sudah berlaku dan penerbangan akan beroperasi hingga Juli, ketika izin harus diminta kembali, kata Goh.