close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan perjanjian kesepakatan perdagangan Comprehensive Economy Partnership Agreement (CEPA) Indonesia dengan Australia bisa terlaksana tahun ini. / Antara Foto
icon caption
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan perjanjian kesepakatan perdagangan Comprehensive Economy Partnership Agreement (CEPA) Indonesia dengan Australia bisa terlaksana tahun ini. / Antara Foto
Bisnis
Kamis, 14 Februari 2019 02:01

Untung-rugi perjanjian dagang RI-Australia

Perjanjian perdagangan Indonesia dan Australia diproyeksi bakal diteken pada April 2019, tepat saat Pemilu 2019 digelar.
swipe

Perjanjian perdagangan Indonesia dan Australia diproyeksi bakal diteken pada April 2019, tepat saat Pemilu 2019 digelar.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan perjanjian kesepakatan perdagangan Comprehensive Economy Partnership Agreement (CEPA) Indonesia dengan Australia bisa terlaksana tahun ini. 

Menurutnya, perjanjian perdagangan RI-Australia diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan ekonomi domestik. CEPA RI-Australia merupakan momentum untuk memaksimalkan kinerja ekspor industri Indonesia. 

Enggar menyebutkan, tahapan pembahasan poin-poin yang tertuang dalam perjanjian perdagangan itu sudah rampung secara subtansi. Kini, Kemendag tinggal menunggu penyesuaian jadwal dengan pemerintah Australia untuk melangsungkan penandatanganan. 

"Kita semua sudah siap. Tinggal sesuaikan jadwal," ujarnya usai melakukan konferensi pers penyederhaan aturan ekspor kendaraan bermotor dalam keadaan utuh (completely build up/CBU) di Pelabuhan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT) Jakarta Utara, Selasa (12/2). 

Menurut sumber Alinea.id yang enggan disebutkan namanya, penandatangan perjanjian perdagangan akan dilakukan pada akhir April 2019. "Akhir bulan depan itu akan ditandatangani," ujarnya saat berbincang dengan Alinea.id, Rabu (13/2). 

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menilai perjanjian CEPA antara Indonesia dan Australia berpotensi sangat besar untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB). 

"Masalahnya adalah bagaimana kita bisa menginterfensi pasar mereka, misalnya saja dari sektor otomotif," kata dia. 

Dia menjelaskan, pemerintah Australia sudah tidak memiliki pabrik mobil sendiri di negaranya sejak 2017 dan memutuskan untuk melakukan impor demi memenuhi kebutuhan CBU.

Menurut dia, jika Indonesia bisa menyasar pasar Australia untuk memasok otomotif, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,5%. 

Fithra menambahkan, Indonesia dapat memperoleh keuntungan lain terutama mengadopsi keunggulan Australia di sektor pertanian. Sehingga, dia menyarankan agar pemerintah tidak ragu untuk melakukan persuasi di sektor pertanian. 

"Fokus mereka juga ke pertanian, dan kalau kita lihat, itu memang cukup signifikan ke perekonomian mereka. Harapannya sih ada knowledge yang juga bisa meningkat. Selain yang tangible benefit seperti kenaikan PDB, kenaikan employment, dan surplus neraca perdagangan," kata Fithra. 

Hal senada juga yang diungkapkan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Perjanjian CEPA Indonesia-Australia bisa berdampak positif terhadap industri otomotif.

"Kalau CEPA dengan Australia itu terbuka, maka ada 1 juta pasar yang terbuka. Kami sudah bicara dengan principal, ekspornya akan dari Indonesia," tuturnya.

Untuk diketahui, penandatangan CEPA Indonesia-Australia membutuhkan waktu lebih dari enam tahun dan sudah dideklarasikan pada akhir Agustus 2018 di Istana Bogor. 

Penandatanganan deklarasi dilakukan Enggar bersama Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia, Simon Birmingham dengan disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan