PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) menyampaikan, pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen di Indonesia.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan, pelaku industri fast moving consumer goods (FMCG) seperti Unilever harus merespons perubahan perilaku konsumen dan memanfaatkan momentum yang ada.
"Untuk mengantisipasi melemahnya daya beli konsumen, Unilever Indonesia meluncurkan produk-produk dalam ukuran kemasan dan harga yang lebih ekonomis," kata Ira dalam webinar virtual, Selasa (23/3).
Ada tiga hal yang relevan dan harus diperhatikan untuk beradaptasi di situasi terkini. Pertama, menurutnya kesehatan, kebersihan, dan nutrisi masih akan menjadi prioritas konsumen.
Kedua, perusahaan harus memiliki portofolio produk yang bisa melayani konsumen tanpa harus memberatkan mereka, salah satunya dengan meluncurkan produk kemasan dan harga yang lebih ekonomis. Ketiga, menurutnya perilaku konsumen berubah, dengan memilih tidak pergi ke tempat yang terlalu ramai seperti supermarket.
Dia pun memperkirakan, akan ada delapan perubahan perilaku konsumen yang akan bertahan dalam jangka waktu panjang. Ke delapan perilaku tersebut adalah gaya hidup bersih dan sehat. Kedua, aspek keseharian yang menjadi lebih cair, dengan konsumen yang mencari produk yang membantu mereka tetap produktif di dalam rumah dan dapat melindungi mereka secara efisien dan praktis di luar rumah.
"Ketiga, in home romance menjadi semakin penting, ini the biggest unlock. Ini akan terus berlanjut hingga pandemi selesai. Konsumen akan mencari cara dan produk agar tidak bosan dan terus menjaga kesehatan mental di rumah," ujar dia.
Keempat, adalah komunitas yang lebih kuat, dengan dukungan untuk wirausaha lokal yang semakin banyak, komunitas yang juga semakin banyak.
Kelima, adanya fenomena reverse Maslow, yaitu kebutuhan psikologis dan rasa aman, termasuk lingkungan yang sehat dan higienis, juga keamanan finansial menjadi prioritas utama konsumen. Selanjutnya, konsumen akan semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan. Ketujuh, gaya hidup yang serba digital akan berlanjut, dan terakhir, lahirnya smart opportunist.
"Ini harus disikapi dan portofolio bisnis akan berubah. Portofolio yang bekerja di 2019 dan sebelumnya, tidak akan bekerja di situasi saat ini," tuturnya.