close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi beras. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi beras. Foto Pixabay.
Bisnis - Pangan
Selasa, 30 Juli 2024 17:54

Upaya mengurangi loss and waste beras

Beras menjadi jenis makanan yang paling banyak dibuang di Indonesia.
swipe

Beras menjadi jenis makanan yang paling banyak 'dibuang' di Indonesia. Catatan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, kebutuhan konsumsi tanaman pangan beras per tahun di Indonesia pada 2022 mencapai 26,17 juta ton. Dari jumlah itu, penyusutan dan sisa beras yang terbuang mencapai 3,5 juta ton. 

Menilik dokumen Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan (food loss and waste) yang diterbitkan Bappenas, beras menjadi salah satu pangan yang menunjukkan peningkatan signifikan baik dalam konsumsi maupun loss and waste. Angkanya mencapai 61%. Pada tahun 2045, diperkirakan beras akan berkontribusi paling besar pada food loss and waste, yaitu mencapai 5,6 juta ton. 

Pangan lokal

Pengamat Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengatakan food waste beras hanya berkisar 13% saja, sedangkan yang terbesar merupakan food loss

Banyaknya food loss terlihat dari proses produksi sampai distribusi ke masyarakat dikarenakan berbagai faktor seperti hama, kekurangan air, hingga bencana alam. Adapun food waste sendiri terlihat ketika sudah menjadi makanan.

Untuk mengurangi loss and waste beras, menurut Andreas, pemerintah seharusnya menggalakan program diversifikasi pangan yang jangan sampai hanya sebatas jargon. Secara nyata dapat diaplikasikan dengan kembali ke pangan lokal.

Apalagi, sejumlah daerah mulai meninggalkan pangan lokal mereka dan beralih mengonsumsi beras, seperti yang terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua.

“Seharusnya dapat diversifikasi kembali ke pangan lokal, bukan sama rata sama rasa lagi di seluruh Indonesia,” katanya kepada Alinea.id, Jumat (26/7).

Ditambah lagi, kini anak-anak juga lebih senang mengonsumsi gandum dalam asupannya. Padahal Indonesia tidak memproduksi gandum. Kondisi ini semakin menambah ruwet penyelesaian isu sisa makanan tersebut.

Senada, PR dan Marketing Officer Foodcycle, Kukuh Napaki menyebut ketergantungan pada komoditas beras bisa dikurangi dengan mengonsumsi pangan lainnya. Contohnya ubi, jagung, maupun sorgum.

Menurutnya, diversifikasi makanan pokok akan membantu Indonesia untuk lepas dari lingkaran beras atau bahkan gandum. Sementara sisa makanannya bisa kembali diolah menjadi produk baru dan menghasilkan cuan tinggi.

“Untuk pengelolaan sisa-sisa bahan pangan tersebut dapat diolah sedemikian rupa menjadi produk makanan baru yang bernilai komersial,” ucapnya kepada Alinea.id, belum lama ini.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Bappenas pada 2021 melaporkan besaran food loss and waste di Indonesia pada tahun 2000 hingga 2019 mencapai sekitar 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kilogram (kg) per kapita per tahun. Food loss and waste tersebut terjadi di sepanjang rantai nilai komoditas pangan mulai dari tingkat produksi; pascapanen dan penyimpanan; pengolahan dan pengemasan; distribusi dan pemasaran; hingga tingkat konsumen.

Susut pangan terjadi pada tiga tahapan pertama, sedangkan sisa pangan terjadi dalam dua tahap terakhir.

Rata-rata susut pangan sepanjang tahun 2000 hingga 2019 sebesar 56% dan sisanya adalah sisa pangan. Diperkirakan, pangan yang hilang dan terbuang di beras, sayur, dan buah-buahan dapat digunakan untuk memberi makan 61-125 juta orang atau 29% hingga 47% penduduk
Indonesia. Adapun kerugian ekonomi mencapai Rp551 triliun per tahun atau setara dengan 4% hingga 5% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. 

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan