close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.
Bisnis
Jumat, 30 September 2022 18:56

Upaya negosiasi menembus pasar porang negeri tirai bambu

China memberlakukan persyaratan sangat ketat pada produk turunan Porang dari Indonesia setelah menutup keran impor selama 2 tahun.
swipe

Amorphophallus muelleri atau jamak dikenal Porang mendadak terkenal karena digadang-gadang dapat menjadi makanan pokok di masa depan. Kepopuleran tanaman jenis Araceae (Aroid) ini tak lepas dari pernyataan Presiden Joko Widodo pada medio tahun 2021 yang menyebut Porang menjadi komoditas yang memiliki prospek cerah ke depannya.

Jenis tanaman umbi ini mengandung karbohidrat glukomanan atau zat gula dalam bentuk kompleks. Jokowi memperkirakan komoditas ini akan booming karena dinilai lebih menyehatkan dibandingkan komoditas karbohidrat lainnya.

Ironisnya, bersamaan dengan pernyataan tersebut, ekspor Porang ke negara utama yakni China ternyata tengah disetop sejak 1 Juni 2020. Padahal, hampir 80% ekspor Porang menyasar negeri tirai bambu. Keputusan pemerintah China menyetop ekspor Porang langsung berdampak nyata pada industri di tanah air.

Beruntung, pada 28 November 2021 keran ekspor Porang ke China kembali dibuka namun dengan persyaratan yang cukup rumit dan detail. Ekspor juga hanya berlaku untuk produk turunan serpih porang (chips) dan bukan untuk tepung porang.

Dibukanya keran ekspor disertai persyaratan yakni inspeksi dan karantina chips porang kering dari Indonesia ke China melalui protokol yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan pemerintah China melalui The General Administration of Customs of The People’s Republic of China (GACC). Protokol ini berlaku mulai 28 November 2021 bersamaan dengan dibukanya kembali ekspor porang ke China.

Salah satu eksportir porang ke negeri Tirai Bambu adalah PT Sanindo Porang Berkah. “Dua tahun lalu ekspor porang ke China di banned, ini menyusahkan kita, biasanya lancar tiba-tiba ekspor ditutup,” kata Direktur PT Sanindo Porang Berkah Dhian Rahadian saat Webinar Alinea Forum “Strategi Menembus Pasar Ekspor Porang ke China”, Rabu (28/9).

Dengan China sebagai pasar ekspor terbesar, tambah dia, membuat banyak produk turunan porang yang akhirnya tidak terserap. Meskipun pada akhirnya, pihaknya mencari pasar ekspor porang lainnya, namun dominasi pasar China masih tetap terasa.

Dhian menilai kebutuhan dunia akan porang sangat luar biasa dibandingkan saat dirinya sebagai generasi kedua menjalankan bisnis porang sejak tahun 70-an. Pada awalnya, komoditas ini banyak digunakan oleh negara Jepang untuk pembuatan makanan seperti konyaku. Namun, pada perkembangannya porang pun tidak hanya digunakan untuk bahan pangan saja tetapi juga untuk industri lainnya seperti kosmetik, jelly, lem, dan sebagainya.

Tanaman porang. Foto Shutterstock.

Saat ini, kata dia, harga porang yang dibeli PT Sanindo Porang Berkah berkisar Rp2.700 sampai Rp3.100. Harga ini terbilang terjangkau karena dahulu pernah mencapai Rp10.000. Dengan dua pabrik yang berlokasi di Jawa Timur dan Jawa Barat, Dhian mengaku tidak mengalami kesulitan bahan baku dari petani porang. Pasalnya, gerakkan menanam porang sudah dilakukan sekitar tahun 1998-1999.

“Zona nyaman saat orang China berbondong-bondong nyari porang harganya Rp3.000- 4.000. Lalu harga naik dua kali lipat, kita mengalami masa sulit karena kontrak (ekspor) sudah ditandatangani, barang harus disiapkan walau bahan baku naik drastis harganya,” kisahnya.

Bahkan, Dhian mengalami masa ‘tiarap’ dan memutuskan tidak produksi selama satu musim karena ongkos produksi tidak akan tertutupi. Seiring perkembangan bisnis porang, PT Sanindo Porang Berkah akhirnya menemukan buyer untuk produk chips dan tepung porang dari China. Namun lagi-lagi kebijakan keamanan pangan yang ketat dari otoritas China membuat usahanya sempat kesulitan.

Standarisasi super ketat

Sebelum keran ekspor dibuka, China melakukan analisis terhadap standar keamanan pangan dari berbagai negara termasuk Indonesia. Untuk produk porang, Indonesia bisa kembali menembus pasar China dengan sejumlah standarisasi. Beberapa yang terpenting adalah, chips porang tidak lagi melalui proses pengeringan dengan dijemur matahari.

“Protokol baru chips harus menggunakan oven untuk pengeringan, kalau dulu bisa ekspor chips yang dikeringkan dengan dijemur matahari,” jelas Dhian. 

Selain itu, eksportir juga harus mengantongi sertifikat packing house ditentukan oleh otoritas China dengan menampilkan nama komoditas, waktu kadaluwarsa, dan lain-lain dalam redaksi bahasa China.

“Standarisasi yang kita lakukan diaudit OKKPD (Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah). Kita lulus dan diterbitkan sertifikat packing house. Ini salah satu syarat untuk submit di GACC,” tambahnya.

Tangkapan layar Webinar Alinea Forum

Syarat lainnya adalah mengantongi Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) oleh Badan Karantina. Kemudian, ekspor chips juga harus berasal dari kebun porang yang sudah teregistrasi GAP (Good Agricultural Practices) yang ditandatangani dinas pertanian setempat.

“Besaran yang diproses harus sama dengan kebun yang di submit ke GACC. Misalnya 100 ton harus equal dengan kebun enggak bisa melebihi jumlah kebun,” terangnya.

Harapannya, sumber chips porang nantinya akan jelas sehingga jika ditemukan logam atau pestisida berbahaya, otoritas China akan mudah melacak asalnya. “Akhirnya bisa ekspor perdana dua kontainer 2 Agustus lalu, standarisasi sudah menggunakan sesuai dengan protokol yang ditentukan,” ujar Dhian.

Ke depannya, dia mengaku sangat berhati-hati menerapkan protokol untuk ekspor ini. Meskipun, ekspor chips sebenarnya adalah grade paling rendah setelah umbi diolah. PT Sanindo Porang Berkah sendiri sebenarnya juga memproduksi tepung porang namun saat ini ekspor produk turunan ini belum dibuka oleh China.

“Kami menerapkan standarisasi sudah free kalsium oksalat jadi bisa dibikin produk makanan dan minuman. Diharapkan sudah bisa jualan tepung tapi pada saat submit masih belum bisa,” keluhnya.

Lebih lanjut, Analis Perkarantinaan Tumbuhan Madya, Badan Karantina Pertanian (Barantan), Aprida Cristin juga menekankan berdasarkan pengumuman GACC Nomor 28 Tahun 2022 disebutkan bagi eksportir serpih porang baru bisa mengekspor porang ke China jika telah teregistrasi di CIFER.

Registrasi China Import Food Enterprise (CIFER) ini adalah sistem registrasi online yang dimiliki pemerintah China dan harus diikuti eksportir porang asal Indonesia. Registrasi CIFER ini bisa didapatkan jika eksportir porang telah lolos audit oleh GACC dan kemudian memperoleh nomor ID untuk mendaftar.

Aprida mengatakan hingga 28 September 2022 sudah ada 14 perusahaan eksportir porang Indonesia yang teregister di CIFER dan dibolehkan melakukan ekspor porang ke China, yaitu PT Asia Prima Konjac, PT Marefa Alam Samudra, PT Banshang Technology Jawa Timur, PT Ambico, CV Jia Li, PT Probolinggo Big Power, PT Sanindo Porang Berkah, PT Insan Agro Sejahtera, PT Harvestama Biota Alam, PT Algalindo Perdana, PT Joglo Semar Karangsari Makmur, PT Mitra Porang Nusantara, CV Kharisma Nusantara, dan UD Sinar Surya.

Sedangkan hingga saat ini masih ada dua perusahaan yang belum dibolehkan melakukan ekspor porang ke China meskipun telah disetujui oleh Kementerian Pertanian RI, namun belum disetujui oleh pemerintah China (GACC) yaitu PT Rajawali Penta Nusantara dan PT Agarindo Sakti.

“Untuk bisa ekspor ini jadi harus disetujui kedua belah pihak, yaitu pemerintah Indonesia dan China,” ujar Aprida.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Perkuat negosiasi

Aprida menceritakan terbukanya keran ekspor ke China terjadi melalui perjuangan yang sangat keras. Pasalnya, penyetopan ekspor ke China dilakukan secara sepihak dan tiba-tiba. Setelahnya, pihak Kementan baru bersurat kepada otoritas China untuk menanyakan alasan dibaliknya. Namun, tidak ada respon yang jelas.

“Kita beruntung memiliki KBRI Beijing yang aktif untuk mencari tahu mengapa ekspor porang dihentikan,” ungkap Aprida.

Usut punya usut langkah China ini dilakukan setelah China menganalisis semua produk pangan impor termasuk porang dari Indonesia. Di mana chips porang yang dijemur matahari mempunyai warna lebih hitam, sementara chips yang melalui proses oven warnanya kuning.

“Dengan beragamnya produk ini mereka jadi hati-hati dan melakukan analisis risiko keamanan pangan sebelum buka kembali aksesnya untuk Indonesia,” tambahnya.

Menurutnya, ekspor porang ke China mulai naik drastis pada tahun 2019 yakni mencapai 714.237 ton. Pada 2020, ekspor porang ke China mencapai 401.066 ton selama lima bulan sebelum akhirnya dihentikan. Selain China, porang Indonesia juga menyasar negara seperti Taiwan,Thailand, dan Vietnam.

Ekspor porang ke China sebelum dan sesudah di-banned.

“Saat setelah ditutup ekspor melonjak tajam ke Thailand dan Vietnam,” sebutnya.

Bahkan, tambahnya, ada indikasi ekspor ke negara alternatif ini pada akhirnya ‘membelok’ juga ke tujuan China. Ini menjadi strategi pengekspor untuk tetap bisa masuk ke negeri tirai bambu.

Selama 1,5 tahun penghentian ekspor, Aprida mengaku pihaknya terus bernegosiasi agar produk porang tanah air kembali masuk ke pasar China. Pemerintah juga membuka semua kebutuhan data yang menjadi rujukan analis risiko keamanan yang dibutuhkan otoritas China. 

“Negosiasi teknis untuk sepakati protokol teknis ini, kita sudah berdiskusi dengan banyak pihak dan jadilah protokol ini dan sepakat melaksanakannya,” tambahnya.

Meski ia menilai adalah hal lumrah bagi negara penerima komoditas impor dalam menjaga keamanan pangan di negerinya, namun Indonesia berusaha agar ekspor tidak kembali dihentikan. Pasalnya, China sempat menyatakan klausul GACC akan melakukan peninjauan ekspor kembali jika ditemukan ada kesalahan dalam standarisasi produk.

“Kami pemerintah Indonesia bersikeras silahkan nilai risiko tapi jangan hambat porang kami, waktu negosiasi kami minta enggak tutup ekspor dalam proses itu,” tandasnya.

Terlalu rumit

Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Utama Kajo pun mempertanyakan prosedur ekspor porang ke China yang terlalu rumit. Dia mendengar salah satu persyaratan pengolahan chips porang adalah menggunakan oven listrik, bukan hanya oven biasa. 

“Kok ganti-ganti terus ya ribet banget? Apakah negara lain menerapkan prosedur yang sama?,” tanyanya pada webinar Alinea Forum ini.

Ketua Bidang Advokasi dan Kebijakan Masyarakat Singkong Indonesia ini juga mempertanyakan kabar akan adanya impor 6.000 ton glukomanan yang merupakan produk turunan porang. “Apakah ini bisa diproduksi di negeri sendiri?” tanyanya lagi.

Menjawab hal ini, Dhian Rahadian mengakui saat ini eksportir jangan hanya mencari single buyer saja terutama dari China. Pangsa pasar lain masih terbuka misalnya Australia yang angkanya melonjak setelah ekspor ke China ditutup. Pasalnya, karakteristik produk turunan porang saling melengkapi dengan bahan pengganti jelly lainnya. Selain itu, porang juga berguna untuk produk lain seperti kosmetik, farmasi, industri percetakan, kimia, dan lainnya.

Ekspor porang Indonesia ke negara lain. Sumber: Badan Karantina Pertanian (Barantan).

Sementara untuk memproduksi glukomanan di tanah air masih terkendala aspek teknologi. Saat ini China juga hanya mengimpor chips porang karena dia akan mengolah lagi menjadi tepung dan glukomanan yang siap diekspor kembali. 

“Kalau dari Eropa ditanyai asal barang, misal dari Indonesia enggak ada sertifikat dan eksportir enggak jelas akan sulit bagi mereka memasarkan produk itu karena mereka produsen end product yang siap makan,” jelasnya.

Dhian sendiri masih melakukan diskusi dengan perguruan tinggi untuk mengolah porang menjadi end product. Selama ini, teknologinya cenderung tidak dibuka karena China tidak ingin Indonesia menjadi pesaing produk akhir porang yang siap saji.

Karenanya, dia menilai pasar lokal Indonesia juga cukup potensial dan tidak ribet asalkan bisa dikembangkan dari hulu ke hilir. 

Sementara itu, Aprida menilai semua negara memiliki standarisasi keamanan pangan. Namun, khusus China standarnya memang terlalu tinggi dan rumit. “Semua negara melakukan itu, tergantung ketat atau enggak, yang ketat negara maju karena mereka punya sumber daya dan power, termasuk China. Dia sedang gencar-gencarnya menerapkan peraturan keamanan pangan,” tutupnya.
 

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan