Utang luar negeri Indonesia kembali meningkat pada Februari 2018 menjadi US$356,2 miliar setara Rp4.879 triliun dengan kurs Rp13.700 per dollar AS.
Bank Indonesia merilis data pada Senin (16/4), disebutkan bahwa utang luar negeri swasta, pemerintah dan bank sentral naik 9,5% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi US$356,2 miliar pada Februari 2018.
Komposisi utang tersebut terdiri utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$181,4 miliar dan utang swasta sebesar US$174,8 miliar. "Kenaikan utang di Februari 2018 ini, tumbuh melambat dibanding Januari yang terangkat 10,4% (yoy), karena utang publik (pemerintah dan bank sentral) serta utang swasta kompak tumbuh melambat," menurut BI dalam pernyataan resmi.
Terkait utang pemerintah, BI menyebutkan pengelolaan pinjaman masih sejalan dengan kebijakan fiskal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui belanja produktif dan investasi.
Hingga akhir Februari 2018, utang luar negeri pemerintah tercatat sebesar US$177,9 miliar terdiri dari Surat Berharga Negara atau SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara), yang dimiliki investor asing sebesar US$121,5 miliar.
"Dan juga pinjaman kreditur asing sebesar US$56,3 miliar ," menurut statistik Utang Luar Negeri (SULNI) yang dirilis BI.
Lebih lanjut, Bank Sentral mencatat, jumlah utang pemerintah pada Februari 2018 menurun dibandingkan Januari 2018 karena investor asing yang melepas kepemilikan pada SBN domestik sebesar US$3 miliar.
Sementara itu, menurut Bank Sentral, biaya utang luar negeri pemerintah semakin rendah karena meningkatnya kepercayaan investor terhadap Indonesia. Kredibilitas Indonesia menanjak karena membaiknya fundamental perekonomian dan peringkat utang Indonesia.
Baru-baru ini, lembaga pemeringkat Moody's Investor Service menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi Baa2 dari Baa3 dengan prospek stabil, atau satu tingkat di atas level layak investasi (investment grade).
"Pemanfaatan utang oleh pemerintah diprioritaskan untuk kegiatan yang sifatnya produktif dan merupakan investasi dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi, termasuk memperkuat kemampuan membayar utang luar negeri tersebut," menurut pernyataan BI.
Sementara utang swasta juga tumbuh melambat karena pinjaman sektor keuangan swasta yang tercatat hanya naik 5,1% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 6,7% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan utang luar negeri sektor industri pengolahan, sektor LGA, dan sektor pertambangan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Adapun rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Februari 2018 masih stabil di kisaran 34%.
Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers atau negara dengan kapasitas ekonomi setara. Berdasarkan jangka waktu, struktur utang luar negeri Indonesia pada akhir Februari 2018 tetap didominasi utang luar negeri berjangka panjang yang memiliki pangsa 85,5% dari total utang luar negeri.
"BI dan pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran utang luar negeri dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," kata Bank Sentral seperti dilansir Antara.