close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Hingga November 2018, utang luar negeri pemerintah Indonesia mencapai US$183,5 miliar setara Rp2.584 triliun. / Istimewa
icon caption
Hingga November 2018, utang luar negeri pemerintah Indonesia mencapai US$183,5 miliar setara Rp2.584 triliun. / Istimewa
Bisnis
Rabu, 16 Januari 2019 05:32

Utang luar negeri pemerintah Indonesia Rp2.584 triliun

Hingga November 2018, utang luar negeri pemerintah Indonesia mencapai US$183,5 miliar setara Rp2.584 triliun.
swipe

Hingga November 2018, utang luar negeri pemerintah Indonesia mencapai US$183,5 miliar setara Rp2.584 triliun.

Bank Indonesia melaporkan, total utang luar negeri Indonesia per akhir November 2018 tumbuh 7% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$372,9 miliar. Total utang itu setara dengan Rp5.251 triliun dengan kurs Rp14.084 per dollar Amerika Serikat.

Berdasarkan keterangan resmi BI, Selasa (15/1), posisi ULN Indonesia terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar US$183,5 miliar, dan utang swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar US$189,3 miliar.

Kenaikan ULN dipengaruhi karena faktor neto transaksi penarikan ULN dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Sehingga, utang dalam rupiah yang dimiliki oleh investor asing tercatat lebih tinggi dalam denominasi dollar AS.

Secara tahunan, ULN Indonesia di akhir November tumbuh 7% yoy dan meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,3%. Peningkatan pertumbuhan ULN bersumber dari pertumbuhan ULN pemerintah dan swasta.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kenaikan utang luar negeri yang terjadi saat ini masih dalam batas aman. 

"Pemerintah sudah memprioritaskan utang dalam negeri," kata Piter saat dihubungi Alinea.id, Selasa (15/1).

Menurutnya, kenaikan utang luar negeri memang sulit dihindarkan lantaran Indonesia memang membutuhkan adanya pembiayaan dari luar. 

"Kita mengalami kondisi dimana kebutuhan dana investasi yang lebih besar daripada besarnya tabungan yang kita himpun atau terjadi saving investment gap," ujarnya. 

Lebih lanjut ia menjelaskan, besarnya saving investment gap ini secara teoretis tergambar pada nilai current account defisit (CAD). Kesenjangan (gap) ini kemudian harus ditutup oleh pembiayaan asing baik dalam bentuk foreign direct investment (FDI), portfolio ataupun dalam bentuk utang luar negeri. 

"Bagaimana caranya agar ULN tidak meningkat? Kita harus meningkatkan produktivitas, yang kemudian bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga saving bisa lebih besar daripada kebutuhan investasi kita," pungkas Piter.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan