Kontraktor PT Hutama Karya (Persero) mencari pendanaan guna melanjutkan pembangunan proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTSS).
Demi membiayai kebutuhan belanja modal atau capex proyek tersebut, perusahaan pelat merah ini baru saja menerbitkan surat utang berdenominasi dolar AS atau obligasi global, Senin (4/5). Dari penerbitan tersebut, perseroan mengantongi dana sebesar US$600 juta atau setara Rp9 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS). Obligasi diterbitkan dengan kupon 3,8% dan tenor 10 tahun.
Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo mengatakan pembangunan proyek jalan tol itu membutuhkan belanja modal sekitar Rp280 triliun. Dengan demikian, masih dibutuhkan sumber pendanaan lain untuk menggenapi kebutuhan tersebut.
"Kami mencari sumber pendanaan tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri," ujar Bintang dalam konferensi pers virtual Hutama Karya, Selasa (5/5).
Wakil Direktur Utama Hutama Karya Aloysius Kiik Rio mengatakan proses penerbitan global bond tersebut telah dibahas selama tiga bulan. Penerbitan surat utang dalam mata uang dolar AS ini menjadi yang pertama kalinya dilakukan oleh Hutama Karya. Aloysius mengatakan penerbitan ini dilakukan untuk mendiversifikasi pembiayaan perseroan.
Dalam penawaran obligasi ini, perseroan mengalami kelebihan permintaan dari investor sebesar 5,8 kali dari nilai yang diterbitkan.
"Hal ini membuktikan bahwa korporasi Indonesia, khususnya BUMN, masih dilirik sebagai alternatif investasi investor global," ujar dia.
Mayoritas investor yang melakukan pembelian obligasi global berasal dari Asia sebanyak 42%. Lalu, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika sebesar 30%, serta Amerika Serikat 28%.
Sebagai informasi, Hutama Karya menjadi salah satu BUMN yang menerbitkan surat utang dalam bentuk dolar AS setelah sebelumnya Jasa Marga, Pertamina, dan PLN juga melakukan aksi serupa di tahun lalu.