Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX), mencatatkan total volume transaksi 4 juta lot di akhir semester I-2021, di tengah gejolak pandemi yang terus meningkat dan PPKM darurat yang diterapkan di Pulau Jawa dan Bali.
Direktur Utama JFX Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, pencapaian ini merupakan bukti manfaat dari literasi, edukasi, dan sosialisasi yang dilakukan JFX, masih sangat dibutuhkan. Pasalnya, minat masyarakat untuk melakukan investasi ditengah masa pandemi justru meningkat.
“Pencapaian JFX pada semester pertama 2021 ini masih dalam tren yang positif. Pencapaian ini, tidak lepas dari peran pialang, pedagang, dan dukungan kebijakan dari Bappebti, serta sinergitas antara JFX dan KBI yang sangat berperan aktif dalam melakukan edukasi dan sosialisasi ke stakeholders, pialang, investor atau para pelaku pasar yang semakin dewasa dalam berinvestasi," ujar Paulus dalam keterangan resminya, Kamis (8/7).
JFX juga mencatat, total transaksi multilateral hingga Juni sebesar 798.228 lot. Beberapa produk multilateral menunjukan kenaikan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Tercatat, produk kontrak Kakao sebesar 32.610 lot, mengalami kenaikan 53% dibandingkan tahun 2020 yaitu sebesar 15.313 lot. Dilanjutkan dengan produk kontrak Kopi dengan total volume transaksi 348.352 lot, mengalami kenaikan sebesar 23% jika dibandingkan tahun 2020 sebesar 268.686 lot.
Sementara, total transaksi bilateral sebesar 3,2 juta lot, didominasi oleh emas, yaitu kontrak Loco London yang mencatat transaksi sebesar 2,6 juta lot, kontrak Forex sebesar 225.457 lot, kontrak Indeks sebesar 300.919 lot, kontrak berbasis energi sebesar 34.157 lot, dan kontrak berbasis precious metal sebesar 2.035 lot.
Pencapaian ini juga turut dipengaruhi karena adanya volatilitas harga komoditas di pasar global, khususnya gejolak harga emas yang masih mendominasi pencapaian JFX hingga saat ini.
Paulus pun mengatakan, pengembangan dan perbaikan akan dilakukan di semua lini organisasi, terutama di bidang sumber daya manusia. Hal ini dilakukan demi efisiensi dan peningkatan produktivitas, serta menjadikan sumber daya yang siap berkiprah di era globalisasi.
"Melalui perbaikan yang dilakukan baik secara internal maupun antar lembaga, diharapkan perubahan ini berdampak positif bagi industri dan perusahaan, baik dalam hal industrial positioning maupun dalam hal financial result," ujarnya.