Anggota Komisi VII DPR Mulyanto memandang, wacana penghapusan Pertalite bukanlah domain dari Pertamina. Apalagi, wacana ini akan dilakukan pada 2024.
Maka dari itu, Mulyanto meminta Pertamina menghentikan wacana tersebut. Sebab, domain Pertamina sebagai operator produksi dan distribusi BBM melainkan wilayah kerja pembentuk kebijakan.
"Pemerintah, sebagai regulator, saja tidak mengangkat masalah ini, masak Pertamina bikin heboh masyarakat dengan isu seperti itu," kata Mulyanto dalam keterangan, Senin (4/9).
Wacana penghapusan Pertalite adalah isu yang sensitif bagi masyarakat, karena daya belinya masih lemah pascapandemi Covid-19, apalagi di tahun politik menjelang pemilu.
Terlebih, yang diusulkan sebagai pengganti Pertalite adalah Pertamax 92 Green. Zat satu ini diperkirakan harganya lebih mahal dari harga Pertalite eksisting, bahkan dari Pertamax 92.
Selain itu, bioetanol produksinya terbatas di dalam negeri, dan akhirnya memaksa negara harus impor. Hal ini pun hanya akan membuat rakyat untuk membeli BBM yang lebih mahal.
“Karena BBM yang murah, yakni Pertalite, dihapus. Juga memaksa negara untuk mengimpor bioethanol, karena produksi dalam negeri minim,” ujarnya.
Mulyanto melihat, Pertamina telah kelewat batas atau offside dalam masalah ini. Karena itu Pertamina sebaiknya tidak membahas masalah itu lagi.
"Siapa yang untung bila rencana ini benar-benar dilaksanakan? Yang untung adalah para importir dan mafia migas. Sementara masyarakat akan semakin berat. Sudah jatuh tertimpa tangga pula," sindir Mulyanto.
Ia sendiri menolak wacana penggantian BBM jenis Pertalite dengan Pertamax Green 92 awal 2024. Menurutnya rencana itu masih perlu dikaji lebih dalam karena menyangkut aspek teknis, keekonomian dan besaran subsidi untuk produksi serta distribusi.
Lagi pula hingga kini, DPR dan pemerintah, sebagai lembaga pembentuk kebijakan, belum pernah membicarakan rencana tersebut. Sehingga sangat aneh bila tiba-tiba beredar wacana penggantian BBM murah bagi masyarakat tersebut.
“Setahu saya hingga kini belum ada pembahasan terkait rencana Pemerintah menghapus Pertalite lalu menggantinya dengan Pertamax Green 92 pada tahun 2024, termasuk dalam Raker Komisi VII DPR RI dengan Menteri ESDM yang membahas asumsi makro dan subsidi migas untuk Tahun Anggaran 2024,” ucapnya.
Dari sisi kebijakan subsidi BBM sendiri, sebagaimana tercermin dalam asumsi makro APBN 2024, yang baru saja ditetapkan Komisi VII DPR RI bersama Pemerintah Kamis 31/8/2023 tidak ada pembicaraan terkait penghapusan Pertalite lalu menggantinya dengan Pertamax Green 92 pada 2024.