close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
PT Wahana Interfood Nusantara berencana melakukan penawaran saham perdana dengan melepas sebanyak 168 juta lembar saham. (Alinea.id/Eka Setiyaningsih)
icon caption
PT Wahana Interfood Nusantara berencana melakukan penawaran saham perdana dengan melepas sebanyak 168 juta lembar saham. (Alinea.id/Eka Setiyaningsih)
Bisnis
Rabu, 20 Februari 2019 14:43

Wahana Interfood Nusantara bidik Rp33,3 miliar dari IPO

PT Wahana Interfood Nusantara berencana melakukan penawaran saham perdana dengan melepas sebanyak 168 juta lembar saham.
swipe

Produsen kakao dan cokelat PT Wahana Interfood Nusantara berencana melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak 168 juta lembar dengan harga  Rp178-Rp198 per saham.  Jumlah ini setara dengan 33,07% modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.

Direktur Utama PT Wahana Interfood Nusantara Reinald Siswanto menyatakan potensi dana yang dibidik perseroan dari IPO ini adalah Rp29,9 miliar - Rp33,3 miliar. 

Reinald juga mengungkapkan dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal membangun pabrik baru di Jalan Raya Parakan Muncang-Tanjungsari, Kabupaten Sumedang yang dimulai pada Juni 2019. 

Adapun sekitar 23,03% dipakai membeli tanah seluas 6.280 meter persegi untuk pabrik tersebut. Sementara, sekitar 15,81% digunakan untuk pembayaran uang muka kepada kontraktor.

"Sisanya 61,16% akan digunakan sebagai pembayaran uang muka pembelian mesin baru untuk produksi. Total nilai pembelian mesin baru sebesar Rp18,56 miliar," kata Reinald saat Due Diligent Meeting dan Public Expose perusahaan di Jakarta, Rabu (20/2).

Perusahaan juga menunujuk PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek. Masa penawaran awal yakni pada 20-26 Februari 2019. Masa penawaran umum pada 11-13 Maret 2019. Pencatatan saham di BEI rencananya pada 20 Maret 2019.

Saat ini, perusahaan sudah memiliki dua pabrik yang bersebelahan di Kabupaten Bandung. Pabrik pertaman memproduksi cokelat murni, sementara pabrik kedua memproduksi cokelat olahan campuran.
 
Produsen cokelat dengan merk Schoko ini juga masih memfokuskan penjualaannya di pasar lokal melalui skema business to business (B2B). Sementara, kontribusi penjualan ekspor hanya 1%.

Pada 2021, perseoran akan memperbesar penjualan ekspor yaitu ke Asia Tenggara seperti China, Jepang dan Korea. Dengan terget porsi penjualan ekspor mencapai 20%. 

“Pada 2021 kami juga menargetkan bisa menjadi 3 terbesar dari 5 perusaahaan sejenis yang ada di Indonesia," katanya.

Rienald menyebut, penjualan produk cokelat perusahaan pada 2018 mencapai Rp 152 miliar. Ia menargetkan, pada 2019 penjualan bisa naik 12,7% atau sekitar Rp178,1 miliar. "Nah untuk 2020 kami targetkan bisa mencapai 211 miliar," ujarnya.

Sementara, untuk laba perusahaan sepanjang 2018 mencapai Rp3 miliar. Perseroan menargetkan laba bersih yang sama pada 2019.   

Ppada 2020, perusahaan justru membidik laba lebih kecil yakni Rp2,4 miliar. Sebab, perusahaan akan melakukan ekspansi pabrik dan meningkatkan operasional.

“Sehingga pada 2021 ketika semua sudah berfungsi kamu akan mentcetak laba Rp11,01 miliar," jelasnya.

Sebagai informasi, saat ini perusahaan mengolah biji kakao sebagian besar di pasok oleh petani lokal seperti daerah Jember, Purwakarta, dan Padang.

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan