Warga RI rajin belanja skincare meski ekonomi sulit
Perawatan kulit alias skincare yang dulu menjadi kebutuhan sekunder kini menjadi salah satu produk yang tak dapat ditinggalkan. Di tengah melambatnya konsumsi masyarakat, penjualan komoditas tersebut justru tetap kinclong.
Compas.co.id menemukan nilai penjualan (sales value) fast-moving consumer goods (FMCG) tumbuh hingga 16,4% ke angka Rp36,7 triliun pada semester I-2024 ketimbang semester II-2023 yang sebesar Rp 31,5 triliun. Dari total tersebut, kategori perawatan dan kecantikan menyumbangkan penjualan paling besar sebesar 51,1% dibandingkan kategori lainnya, yakni makanan dan minuman; kesehatan; serta ibu dan bayi.
“Tren positif nilai penjualan kategori perawatan dan kecantikan ditengarai sebagai salah satu penyumbang terbesar dari pertumbuhan pengeluaran konsumsi individu masyarakat di Indonesia,” kata Head of Data dan Analytics Compas.co.id, Dilano Satria, kepada Alinea.id, Rabu (7/8).
Di kategori perawatan dan kecantikan, sunscreen dan paket kecantikan menjadi jenis produk paling seksi. Sunscreen menjadi pendorong pertumbuhan kategori ini dengan kenaikan mencapai 72,3%, dari Rp530 miliar di semester II-2023 ke angka Rp914 miliar di semester I-2024.
Adapun produk paket kecantikan menjadi yang paling laris sebesar Rp1,8 triliun atau hampir 10% dari total nilai penjualan di FMCG. Peningkatan nilai penjualannya juga tergolong besar, sebanyak 40,32% dari nilai penjualan sebelumnya Rp1,3 triliun di semester II-2023.
Dari total nilai penjualan paket kecantikan di semester II-2024 sebesar Rp1,8 triliun itu, sekitar Rp1,5 triliunnya merupakan paket kecantikan jenis brightening, atau mencapai 83,3%.
Kebutuhan pokok
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 melambat ke level 5,05% year on year (yoy) dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,11% yoy. Bila dilihat berdasarkan sumber utama pertumbuhan ekonomi, sumbangan konsumsi rumah tangga stagnan dan cenderung melambat, yakni sebesar 2,62% yoy pada kuartal II ketimbang kuartal I-2024, serta turun bila dibandingkan kuartal II-2023 yang mencapai 2,77% yoy.
Dilano mengatakan tingginya konsumsi skincare dipicu oleh banyaknya edukasi yang dilakukan oleh influencer maupun dokter kecantikan di berbagai media, khususnya media sosial dan social commerce. Selain itu juga disebabkan oleh fenomena menjamurnya brand-brand kecantikan, baik lokal maupun global.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan jumlah perusahaan kecantikan. Menilik data Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, perusahaan kosmetik di Indonesia tahun 2023 tumbuh 21,9% menjadi 1.010 dibandingkan tahun 2022 yang sebanyak 913. Dus, produk perawatan dan kecantikan semakin mudah ditemukan di pasar. Kualitas produk kecantikan lokal pun tidak kalah dibandingkan jenama asing, sehingga menjadi salah satu pilihan masyarakat.
“Perawatan dan kecantikan saat ini sudah menjadi kebutuhan utama wanita Indonesia di kota-kota besar,” katanya.
Catatannya, nilai penjualan pada kategori perawatan dan kecantikan di lokapasar pada semester II-2023 dan semester I-2024 cenderung meningkat. Persisnya, nilai penjualan di tiga platform e-commerce, yakni Tokopedia, Shopee, dan Blibli pada kuartal III-2023 mencapai Rp7,5 triliun, tumbuh 14,1% jika dibandingkan kuartal II-2023. Kemudian, nilai penjualan kuartal IV-2023 mencapai Rp9,2 triliun, tumbuh 22,1% jika dibandingkan kuartal III-2023.
Di kuartal I-2024, nilainya mencapai Rp8,8 triliun atau turun 4,2% jika dibandingkan kuartal IV-2023, namun di kuartal II-2024 kembali tumbuh 5,6% ke Rp9,3 triliun.
Hal ini, kata Dilano, selaras dengan data BPS yang menunjukkan pengeluaran konsumsi pribadi meningkat pada periode yang sama.
Co-founder dan CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata mengatakan hampir seluruh konsumen yang berbelanja paket kecantikan, memiliki preferensi produk pencerah kulit.
"Melihat peningkatan nilai penjualan sunscreen dan paket kecantikan jenis pencerah kulit, sepertinya pasar kecantikan di Indonesia memiliki concern untuk menjaga dan mencerahkan warna kulitnya,” imbuh Narendrata.
Direktur Utama PT Martina Berto Tbk. (MBTO), Bryan Tilaar menyebut bisnis skincare sangat subur meski secara keseluruhan konsumsi masyarakat menunjukkan tren penurunan. Menurutnya, kini skincare menjadi bagian dari kebutuhan pokok. Masyarakat dianggap sudah sadar akan perawatan kulit untuk masa kini dan masa depan.
“Bisnis skincare very positive growth dari volume, value, ya. Benar skincare mirip kebutuhan pokok. Di waktu pandemi Covid 19, ketika tata rias turun hebat, skincare mantap sekali, sebab perawatan kulit lebih penting di masa depan apalagi masa sekarang, ke depan,” ujarnya kepada Alinea.id, Selasa (6/8).
Meski penjualannya melejit, Bryan bilang, skincare tidak menggeser pasar produk lain, yakni body care, hair care, dan make up. Sebab, manfaat dan penggunaan masing-masing varian tersebut berbeda dan penting di masa nonpandemi seperti sekarang.
"Dalam ekonomi negara, skincare menjadi bagian dari beauty personal care atau bagian dari FMCG. Kontribusinya bukan tidak penting ke ekonomi negara, semua FMCG, non-FMCG sama-sama penting untuk ekonomi negara,” ucapnya.