Akhir-akhir ini ramai ditemukan jajanan China ilegal yang beredar di tengah masyarakat. Belasan siswa SDN Cidadap I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi mengalami pusing, mual dan muntah usai mengonsumsi camilan asal China “Hot Spicy Latiru” dan Latiao Stripes”.
Dokter spesialis anak, Melani Rakhmi Mantu mengatakan peredaran tersebut dapat membahayakan kesehatan anak-anak. Sebab, jajanan yang beredar umumnya memiliki rasa, bentuk, dan warna yang digemari oleh anak-anak.
"Masyarakat agar lebih hati-hati untuk bisa lebih aware dalam memilih pangan untuk anak-anak," kata Melani, Selasa (29/10).
Terlebih, dia menyebut anak-anak diintai oleh bahaya Penyakit Tidak Menular (PTM) yang beberapa tahun terakhir terus meningkat. Salah satunya adalah diabetes yang diakibatkan konsumsi jajanan.
Berdasar data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes tipe 1 pada anak meningkat 70% sejak 2010 hingga 2023. Diabetes tipe 2 yang berhubungan dengan gaya hidup juga turut menunjukkan kenaikan yang cukup tajam.
"Diabetes pada anak dan remaja memang wah akhir-akhir ini cenderung meningkat ya," ucapnya.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat terdapat sederet kasus melibatkan makanan dan minuman asal Negeri Tirai Bambu yang membahayakan kesehatan masyarakat. Seperti adanya laporan temuan minyak goreng asal China mengandung bahan bakar minyak (BBM).
Hal itu terjadi karena truk tangki tidak dibersihkan sesuai prosedur setelah mengangkut BBM. Produsen melakukan hal tersebut dengan tujuan memangkas biaya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Di tahun 2023, terdapat penyelidikan terhadap bir terkemuka Tsingtao karena produknya tidak steril. Pemeriksaan dilakukan setelah beredar video yang menunjukkan seorang karyawan pabrik buang air kecil pada bahan mentah untuk membuat minuman beralkohol.
Lalu pada 2022, raksasa pengolahan daging babi bernama Henan Shuanghui terbukti melakukan praktik kerja yang tidak higienis seperti mengemas daging yang jatuh ke lantai serta pekerja yang mengenakan seragam kotor terungkap. Kasus tersebut juga mengingatkan skandal besar di China saat ditemukan kandungan melamin pada susu. Dampaknya membuat bayi tewas serta meracuni ratusan ribu anak.
Plt. Ketua Pengurus Harian YLKI, Indah Sukmaningsih, menilai kondisi peredaran pangan China ilegal cukup mengkhawatirkan. Oleh karena itu, dia mengusulkan pemerintah membuat kementerian khusus untuk menangani pangan impor.
"Harusnya ada kementerian khusus perlindungan konsumen, kan seharusnya itu yang diperhatikan. Dari perspektif YLKI, harusnya ada SOP (standar operasional prosedur). Kalau kita menduga impor ini tidak sehat, perlu dilakukan survei, yang menunjukkan produk tersebut betul tidak sehat," tutur Indah.
Sementara itu, Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nurul Irfan mengatakan pihaknya turut berkomitmen dalam memastikan peredaran jajanan aman dikonsumsi. Hal itu dilakukan dengan proses sertifikasi yang tidak hanya memastikan suatu produk halal, namun juga aman dikonsumsi.
"MUI itu hanya bergerak pada sertifikasi halal tetapi juga yang toyiban tadi tetapi tidak ada wewenang untuk memeriksa," ujar Irfan.
Dia menyebut ramainya kasus jajanan ilegal yang terjadi saat ini adalah dampak dari perdagangan bebas. Maka dari itu, ujarnya, perlu pengawasan yang ketat dan edukasi yang masif agar masyarakat aman dari jajanan China yang berbahaya.
"Tentunya bukan kecolongan karena memang ini konsekuensi dari perdagangan bebas dunia," tutur Irfan.