close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Karyawan beraktivitas di sebuah gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Foto Antara/Wahyu Putro A.
icon caption
Karyawan beraktivitas di sebuah gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Foto Antara/Wahyu Putro A.
Bisnis
Rabu, 08 April 2020 16:48

Work from home ancam bisnis ruang perkantoran

Tren work from home (WFH) akan membuat permintaan ruang perkantoran menurun.
swipe

Pandemi Covid-19 membuat pemerintah mengimbau pemilik perusahaan untuk menugaskan karyawannya bekerja dari rumah atau working form home (WFH). Apabila tren WFH berlanjut maka permintaan ruang perkantoran akan menurun.

Senior Director of Office Services Departement Colliers International Indonesia Bagus Adikusumo mengatakan, dalam jangka panjang, kebijakan WFH ini akan dianalisa pemilik perusahaan. Apabila WFH dirasa cukup efektif untuk beberapa divisi, maka permintaan ruang kantor akan menurun.

"Sehingga suplai yang begitu banyak akan semakin berat untuk terisi," kata Bagus dalam konferensi pers virtual Colliers Indonesia, Rabu (8/4).

Sementara itu, Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan dengan adanya pandemi Covid-19, banyak perusahaan menahan diri untuk memindahkan kantornya atau melakukan ekspansi ke ruang yang lebih besar atau kawasan premium. Sebagian besar perusahaan juga memilih wait and see.

Di sisi lain, Ferry mengatakan, tren WFH juga akan mempengaruhi bisnis co-working space. Perusahaan sudah meminta keringanan tarif sewa kepada operator co-working space.

"Salah satu yang terkena dampaknya adalah operator co-working space yang anggotanya mulai mengajukan keringanan sewa dengan adanya kebijakan WFH," ujar Ferry dalam kesempatan yang sama.

Ferry mengatakan operator co-working space bisa memikirkan kembali risiko sewa dan menentukan jumlah kantor cabang yang optimum. Dia pun menyarankan operator co-working space menunda investasi yang melibatkan dana besar.

Sementara itu, Bagus mengatakan, permintaan akan ruang perkantoran sangat ditentukan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila pertumbuhan PDB Indonesia minus, menurut Bagus, hal ini akan menjadi tantangan yang sangat berat bagi pertumbuhan permintaan ruang perkantoran.

Adapun menurut data Colliers pada kuartal I-2020, tingkat hunian ruang kantor di daerah central business district (CBD) Jakarta tercatat berada pada 83%, dengan tingkat pasokan tahunan pada 2020 diperkirakan berada di atas 250.000 meter persegi. Sementara, di luar CBD, tingkat okupansi ruang perkantoran berada pada 84% dengan tingkat pasokan tahunan 2020 diperkirakan mencapai 210.000 meter persegi.

Colliers Indonesia memprediksi tingkat hunian ruang perkantoran di kawasan CBD hingga kuartal IV-2020 akan naik tipis menjadi 84%. Sementara, tingkat hunian ruang kantor di luar CBD pada kuartal IV-2020 turun cukup dalam menjadi 80%.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan