Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) mengintensifkan upaya pengendalian penyakit busuk buah kakao di Kelompok Beringin Jaya, Kecamatan Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengembangan Perlindungan Tanaman Perkebunan (P2TP) Disbun Kaltim, Sopian mengatakan, penyakit busuk buah kakao disebabkan jamur phytophthora palmivora yang berdampak pada kerugian berkisar antara 10-30% di seluruh dunia.
"Di Indonesia telah mengakibatkan kehilangan hasil 15 sampai 53%," tutur Sopian, dikutip Senin (18/7).
Sopian menjelaskan, pihaknya saat ini fokus mengendalikan penyakit buah busuk di lahan seluas 10 hektare.
"Kami intensifkan kegiatan pengendalian untuk komoditi kakao khususnya penyakit busuk buah, terutama di lahan seluas 10 hektare," jelasnya.
Menurut Sopian, sampai saat ini jamur patogen penyebab penyakit busuk buah kakao masih menjadi masalah krusial yang belum bisa dituntaskan. Jamur jenis ini berasal dari kelas oomycetes yang memiliki ciri-ciri morfologi miselium panjang dan berwarna putih dengan spora berbentuk seperti buah pir.
Sopian menambahkan, Jamur patogen ini dapat menyerang kakao pada berbagai tingkatan umur, mulai dari pembibitan sampai pada tanaman menghasilkan. Intensitas serangan patogen ini hingga 85% pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan tinggi.
"Patogen ini menyerang berbagai bagian tanaman kakao, meliputi daun, pangkal batang, batang, ranting, pucuk, bantalan bunga, dan buah," sambung Sopian.
Lebih lanjut, Sopian menyampaikan, implementasi pengendalian penyakit busuk buah kakao harus dilaksanakan secara terpadu. Ia menilai, langkah paling penting dalam upaya pengendalian penyakit secara terpadu adalah menghilangkan sumber inokulum patogen dari kebun.
"Diharapkan mampu mengendalikan dan menurunkan intesitas serangan patogen, antara lain sanitasi kebun," pungkasnya.