Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memperketat lalu lintas ternak di sejumlah wilayah yang berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyusul terjadinya kasus antraks di Gunungkidul. Pemprov juga telah menyiapkan 25 ribu vaksin guna memperkuat imunitas hewan ternak.
Diketahui, sejumlah warga meninggal dan puluhan lainnya terinfeksi antraks diduga setelah memakan daging sapi yang telah mati. Saat ini, kasus kematian diperkirakan bisa bertambah mengingat masih banyak warga yang mengalami gejala antraks.
“Sejumlah langkah strategis ditempuh. Hal ini guna menghindari penularan antraks, karena penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia atau zoonosis,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng, Agus Wariyanto, dilansir dari jatengprov.go.id, Kamis (6/7).
Agus menjelaskan, penyakit ini ditimbulkan oleh bakteri bacillus anthracis. Jika menjangkiti hewan, dapat tertular ke manusia. Selain itu, spora yang ditimbulkan penyakit ini bisa bertahan hingga 75 tahun, meski bangkai hewan yang tertular telah dikubur.
“Memang penyakit ini zoonosis, bisa menular ke manusia. Tetapi upaya pencegahan penting, misal kalau terjadi antraks (bangkai hewan) dikubur, kalau perlu dicor dan ditandai. Karena sporanya bisa bertahan 75 tahun. Sehingga generasi berikutnya tahu di situ ada hewan yang tertular,” ujarnya.
Agus mengatakan, Jateng memiliki sejumlah pos lalu lintas ternak yang berbatasan dengan DIY, seperti Bagelen di Purworejo, Salam di Magelang dan Klaten. Untuk itu, Agus menginstruksikan petugas bersiaga.
Selain penerapan prosedur kesehatan, pihaknya juga melakukan pengetatan pemeriksaan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), atau asal hewan tersebut. Hal itu menurutnya penting untuk menyekat sebaran hewan, terutama dari daerah yang diduga menjadi episentrum penyebaran antraks.
“Untuk vaksin, kita sudah siapkan 25 ribu. Tentunya untuk hewan yang ada di daerah rentan, prioritasnya untuk daerah yang berbatasan dan punya (potensi) berdampak langsung,” paparnya.
Sebagai informasi, dilansir dari jatengprov.go.id, kasus antraks pernah menyerang sejumlh daerah di Jateng beberapa kali. Kabupaten Klaten pada 1990, Kabupaten Semarang pada 1991, Kota Surakarta di tahun 1991 dan 1992.
Selain itu, wilayah Boyolali juga pernah terjangkit antraks pada 1990 hingga 1992, dan terakhir 2012. Adapula Karanganyar pada 1992, Kabupaten Pati pada 2007, Kabupaten Sragen pada 2010 dan 2011, serta Kabupaten Wonogiri.