Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemprov Kaltim) memastikan mahasiswa yang menjadi korban perang di Sudan tertangani dengan baik. Pemprov juga menjamin akan membantu pengurusan berkas-berkas yang tertinggal, seperti ijazah dan administrasi lainnya.
“Saat kuliah di sana, mereka harus menyerahkan ijazah asli ke universitas. Sementara saat perang pecah, semuanya panik, bahkan gedung-gedung sudah banyak hancur. Mereka bahkan tidak tahu kampus mereka sudah seperti apa," kata Kabiro Administrasi Pimpinan Setdaprov Kaltim, Syarifah Alawiyah, dilansir dari kaltimprov.go.id, Selasa (1/5).
Syarifah menjelaskan, saat evakuasi dilakukan, para pelajar tidak sempat lagi berpikir untuk ke kampus mengambil ijazah. Sebab, dentuman bom dan bising peluru terus menghantui mereka. Lebih menyedihkan lagi karena beberapa mahasiswa sudah memasuki masa akhir perkuliahan.
Syarifah mengatakan sudah mengkoordinasi OPD terkait untuk bekerja sama dengan kementerian mengurus masalah tersebut.
"Pak Gubernur pesan agar masalah pendidikan mahasiswa Sudan ini segera dikoordinasikan oleh OPD terkait ke kementerian. Supaya mereka tenang dan tidak trauma berkelanjutan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Pemprov Kaltim di Jakarta, Raihan Fida Nuzban menambahkan, sesuai arahan Gubernur Isran Noor, mahasiswa yang baru saja tiba di Indonesia dari Sudan akan difasilitasi untuk beristirahat di Mes Pemprov Kaltim di Jalan Kramat II Jakarta.
"Minggu sore kemarin sudah masuk mes kita sebanyak empat mahasiswa. Dua lagi nanti akan menyusul. Mahasiswa (di sini) yang menjadi relawan membantu mahasiswa lainnya di Asrama Haji Pondok Gede. Tapi sore ini mereka juga akan bergabung ke mes kita," jelasnya.
Diketahui, perang di Sudan sudah pecah sejak 15 April 2023. antara militer Sudan (SAF) dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
Menteri Luat Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, mencatat terdapat 949 Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah dievakuasi dari Sudan karena konflik bersenjata di negara tersebut.