Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gowa, Kamsina mendorong perempuan untuk terlibat aktif dalam menangkal radikalisme dan terorisme. Dia mengatakan, perempuan perlu memahami secara komprehensif mengenai upaya pencegahan radikalisme dan terorisme demi menjaga keamanan serta ketertiban.
“Radikaliesme dan terorisme adalah fenomena yang menjadi fokus negara-negara di dunia. Radikalisme dan terorisme ini adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan,” kata Kamsia saat membuka kegiatan Perempuan Teladan Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian, dikutip Senin (15/8).
Kamsina menjelaskan, radikalisme dan terorisme memiliki dampak yang sangat berbahya karena dapat mengancam eksistensi serta kedaulatan bangsa dan negara. Selain itu, radikalisme dan terorisme tidak melihat level status seseorang, orang tua atau anak-anak, profesi semua telah dimasuki, termasuk saat ini kaum milenial.
Menurut Kamsina, perlu kerja sama dari semua pihak untuk memerangi paham ini. Ia menilai, tugas memerangi radikalisme dan terorisme bukan hanya tanggung jawab BNPT dan Pemerintah saja, tetapi menjadi tanggungjawab bersama termasuk perempuan.
“Kita harus bergotong royong atau bekerja bersama untuk melawan radikalisme dan terorisme ini. Kita sebagai masyarakat adalah ujung tombak dan pemerintah harus banyak membuat berbagai forum penyadaran radikalisme dan terorisme,” tandasnya.
Sementara itu, Kasubdit Asia Fasifik dan Afrika Direktorat Kerja Sama Bilateral, Deputi Kerja Sama Internasional, Kolonel Sus Harianto menambahkan, radikalisme dan terorisme merupakan kejahatan yang sangat luar biasa dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Harianto menilai, dampak terorisme tidak hanya mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan pada harta benda. Paha mini juga dapat merusak stabilitas serta ketahanan negara dalam sisi ekonomi, keamanan, ketahanan, sosial budaya dan aspek-aspek lainnya.
“Terorisme menjadi ancaman bagi peradaban modern dan merupakan kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia yang tidak memandang suku, ras, agama dan bangsa,” jelasnya.
Menurut Harianto, perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam membentengi masyarakat terutama lingkungan keluarga dari pengaruh paham radikalisme dan terorisme. Dalam lingkungan keluarga seorang perempuan atau ibu dapat menjadi partner dialog bagi anak-anak dan suaminya dalam berbagai hal, seperti keagamaan dan kebangsaan.
“Perempuan diharapkan menjadi filter awal dan pendeteksi awal dari setiap kejanggalan yang ditemukan dalam keluarga masing-masing. Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama di dalam masyarakat kita” pungkasnya.