Wakil Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Taj Yasin Maimoen, mendorong organisasi perempuan islam turut mengedukasi penanganan stunting, atau gagal tumbuh pada bayi melalui forum pengajian. Menurutnya, forum pengajian cenderung lebih menjangkau institusi keluarga, sehingga sosialisasi penanganan stunting bisa lebih optimal.
“Edukasi-edukasi lewat organisasi perempuan kita harap bisa nyengkuyung (gotong royong). Semoga organisasi Muslimat dan Aisyiyah Jateng bisa memberikan pemahaman kepada remaja melalui forum-forum pengajian,” kata Taj Yasin saat Rakor bersama Mitra Muslimat dan Aisyiyah Jateng di Semarang, Senin (20/3).
Taj Yasin menjelaskan, pemerintahannya sendiri punya berbagai program pengentasan stunting, di antaranya Jo Kawin Bocah dan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5NG). Yasin berharap program-program tersebut bisa dikampanyekan kepada remaja dan ibu hamil melalui organisasi perempuan.
“Ternyata stunting itu bukan karena hamil atau melahirkan. Ternyata di (mulai sejak) usia 11 (tahun) hingga remaja, ini juga yang saat ini kita kerjakan. Memberikan edukasi kepada anak perempuan, saat pertama kali mengalami menstruasi, termasuk memberikan tablet tambah darah,” imbuhnya.
Sebagai informasi, melansir data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jateng mencapai 20,8% pada 2022. Data tersebut menempatkan Provinsi Jateng pada peringkat 20 prevalensi stunting tertinggi secara nasional.
Kabupaten Brebes menjadi wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jateng pada SSGI 2022 dengan angka 29,1%. Jumlah tersebut meningkat 2,8 poin dari hasil SSGI pada tahun sebelumnya sebesar 26,3%.