close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi / Shutterstock
icon caption
Ilustrasi / Shutterstock
Dunia
Selasa, 31 Juli 2018 20:01

Perundingan Suriah versi Rusia kembali digelar di Sochi

Perundingan di Sochi membahas berbagai isu kemanusiaan, termasuk deeskalasi di provinsi Idlib, basis terakhir kekuatan oposisi di Suriah.
swipe

Delegasi pemerintah Suriah dan partai politik oposisi tiba di Sochi, Rusia. Mereka berunding sejak Senin (30/7) hingga Selasa (31/7) dengan mediasi Rusia, Turki, dan Iran.

Pertemuan itu digelar dalam kerangka diplomasi Astana dan terpisah dari upaya perdamaian yang dimediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Swiss. 

Selain pejabat dari Moskow, Teheran, dan Ankara, pertemuan yang digelar di resor Laut Hitam juga dihadiri Staffan de Mistura, utusan khusus PBB untuk Suriah dan para pejabat dari Yordania.

Ahmed Tumah, mantan kepala pemerintahan sementara Suriah, mewakili Komite Negosiasi Tinggi, dari kubu oposisi. Sedangkan Bashar Jaafari, duta besar Suriah untuk PBB, mewakili pemerintahan Suriah Presiden Bashar al-Assad.

Melansir Al Jazeera pada Selasa (31/7), perundingan tersebut membahas berbagai isu kemanusiaan, termasuk deeskalasi di provinsi Idlib, basis terakhir kekuatan oposisi di Suriah. Kesepakatan deskalasi itu sebagai tujuan utama untuk menciptakan gencatan senjata di sebagian wilayah Suriah. Provinsi yang berbatasan langsung dengan Turki itu dihuni sekitar tiga juta orang, termasuk para pejuang oposisi dan keluarganya.

Selain itu, fokus perundingan adalah membahas kembalinya pengungsi Suriah ke negaranya, pembebasan tahanan, dan pembentukan komite untuk menyusun kembali konstitusi Suriah.

"Saya melihat ada perkembangan positif mengenai pembentukan komite untuk menyusun kembali konstitusi Suriah," kata utusan Rusia, Alexander Lavrentyev, dilansir kantor berita Turki, Anadolu. "Kita terus menggelar perundingan dengan pihak ketiga yang mewakili masyarakat sipil Rusia pada komite tersebut," tambahnya.

Sebenarnya, tujuan utama perundingan itu untuk mencapai transisi politik dan gencatan senjata militer di Suriah. Tapi, kubu pemerintah Suriah konsisten menolak desakan agara Presiden Bashar al-Assad mengundurkan diri. Padahal, oposisi menyatakan pengunduran diri Assad adalah prasyarat utama menuju perdamaian.

Upaya perdamaian di Suriah semakin sulit sejak pasukan yang loyal ke Assad melancarkan serangan besar-besaran ke basis oposisi pada awal 2018. 

Didukung penuh militer Rusia, pasukan Assad menggempur dua basis pemberontak di Ghouta Timur di dekat Damaskus serta Suriah barat daya. Pemerintah juga merelokasi pemberontak ke Suriah utara melalui serangkaian kesepakatan evakuasi.

Sebelumnya, Moskow mengaku kecewa atas penolakan Washington mengirimkan pengamat dalam konferensi di Sochi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, penolakan Washington mengirimkan perwakilan ke Sochi justru mengabaikan signifikansi perundingan dengan format Astana. Disebut sebagai perundingan Astana dikarena awal proses perdamaian itu digelar di ibu kota Kazakhstan, Astana, pada 2015. "AS mendeskriditkan implementasi upaya mediasi dalam hubungan Suriah," tuturnya dilansir Russia Today.

Mengenai perkembangan terbaru konflik di Suriah, gerilyawan ISIS menculik lebih dari 36 perempuan dan anak-anak di Suriah barat daya. Penculikan itu dilakukan setelah serangan mematikan ISIS di provinsi Suweida pada pekan lalu. Wilayah tersebut dikuasai pemerintahan Assad, ISIS hanya menguasai sebagian kecil kawasan di sana.

Menurut Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), korban penculikan adalah warga penganut agama minoritas Druze yang kerap dianggap sebagai musuh bagi ISIS. "Beberapa perempuan yang melarikan diri dari penculikan dibunuh ISIS," demikian laporan SOHR. Proses negosiasi pembebasan mereka tengah dijalankan. 

Selama setahun terakhir, ISIS mengalami kekalahan berat dan kehilangan banyak wilayah di Suriah dan Irak. Militer AS menyebutkan ISIS telah terusir dari 98% teritorial mereka. ISIS kini masih memiliki basis kecil di Suweida dan Deraa.

img
Dika Hendra
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan