close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat KTT NATO pada 11 Juli 2018. Tatyana Zenkovich/Pool via REUTERS
icon caption
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat KTT NATO pada 11 Juli 2018. Tatyana Zenkovich/Pool via REUTERS
Dunia
Rabu, 05 September 2018 19:02

Opsi Erdogan atasi krisis Turki: baikan dengan Trump atau ke IMF?

Penangkapan seorang pastor AS Andrew Brunson oleh Turki menjadi jantung krisis diplomatik antara Washington dan Ankara.
swipe

Turki tidak akan membebaskan Andrew Brunson, pastor asal Amerika Serikat yang ditangkap pada tahun 2016 selama pembersihan pasca-kudeta gagal yang mencoba menggulingkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Surat kabar Hurriyet yang mengutip pernyataan Presiden Erdogan menuliskan bahwa Turki tidak dapat memenuhi "permintaan yang melanggar hukum". 

Lebih lanjut, Erdogan mengatakan Turki mengikuti aturan hukum dan ancaman AS terkait kasus ini tidak akan membuat kemajuan apapun.

Brunson diadili ayas tuduhan terorisme. Dia dituding terlibat dengan gerakan FETO yang dipimpin Fethullah Gulen, sosok yang disebut-sebut Erdogan mendalangi kudeta untuk menjatuhkannya. Tak hanya itu, Brunson juga dituduh menjalin kerja sama dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang dan terlibat dalam aksi spionase AS.

Erdogan pernah mengajukan penukaran Brunson dan Gulen, namun hingga saat ini itu tidak terwujud. Sementara itu, sikap Turki yang bersikeras tidak membebaskan Brunson membuat negara itu dijatuhi sanksi AS.

Brunson membantah semua tuduhan Turki. Penangkapan pastor berusia 50 tahun itu telah menjadi jantung krisis diplomatik antara AS dan Turki hingga memicu jatuhnya mata uang lira.

Lira Turki telah ambruk hingga 40% tahun ini. Bank-bank Turki yang meminjam banyak di luar negeri sekarang menghadapi tugas yang hampir mustahil untuk membiayai kembali utang jangka pendek dalam dolar dan euro yang mahal.

Investor yang bingung dengan inflasi yang melonjak dan defisit transaksi berjalan yang melebar tiba-tiba dihadapkan oleh perselisihan antara Erdogan dan Trump, yang melipatgandakan tarif atas impor baja dan aluminium Turki dalam upaya untuk memaksa Ankara melepaskan Brunson.

Akibat lira yang kehilangan seperempat dari nilainya bulan lalu, Erdogan menuduh Negeri Paman Sam melancarkan "perang ekonomi" melawan Turki.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah Erdogan akan berbaikan dengan Trump atau justru semakin mempertajam perbedaan di antara keduanya. Kesempatan untuk melihat gestur keduanya terhadap satu sama lain muncul dalam sidang Majelis Umum PBB yang berlangsung dalam waktu dekat.

Salah satu sumber yang dekat dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), kendaraan politik Erdogan, mengatakan bahwa presiden Turki akan memperbaiki hubungannya dengan Trump.

"Brunson adalah alat, komestik tapi penting," tutur sumber tersebut yang menolak menjelaskan apakah pembebasan Brunson kelak ditujukan untuk meraih suara kelompok evangelis jelang pemilu paruh waktu pada November 2018.

Sumber yang sama meyakini bahwa Turki akan merapat ke Uni Eropa dengan harapan Jerman, negara yang dikunjungi Erdogan belum lama ini dapat memimpin upaya Eropa untuk menopang negaranya secara finansial.

Bagaimanapun, bantuan Uni Eropa dinilai tidak akan cukup. Demikian pula dengan janji Qatar, sekutu Arab terdekat Turki, untuk menginvestasikan US$15 miliar disebut hanya akan berdampak kecil.

Seiring lonjakan inflasi, Bank Sentral Turki mengindikasikan akan menaikkan suku bunga pekan depan untuk menghentikan lira semakin terjun bebas.

Namun, mengingat keyakinan Erdogan bahwa suku bunga, yang disebutnya sebagai "ibu dan ayah dari semua kejahatan" adalah penyebab inflasi, setiap kenaikan mungkin akan dirasa berdampak terlalu sedikit dan terlalu telat.

Itu meningkatkan kemungkinan bahwa Turki harus pergi ke IMF untuk mendapat dana talangan yang dibutuhkannya. Pemerintah Turki sejauh ini mengesampingkan hal tersebut, menyebutnya sebagai penyerahan kedaulatan yang tidak dapat diterima.

"Saya tidak membutuhkan IMF," kata Menteri Keuangan Berat Albayrak sekaligus menantu Erdogan pada hari Minggu. 

Sistem presidensial baru Turki yang menghapus posisi perdana menteri memang membuat posisi Erdogan kian kuat, namun merana karena harus menghadapi krisis sendirian.    

Dan kini, publik menanti, opsi terbatas yang dipilih Erdogan. Akankah dia memilih kehilangan muka lewat berdamai dengan Trump atau kehilangan kedaulatan dengan pergi ke IMF?
 

 

Sumber: Reuters

img
Khairisa Ferida
Reporter
img
Khairisa Ferida
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan